Youtube Channel

About

Selamat datang di Blog Analis Palestina yang mengkhususkan diri pada opini, penerjemahan informasi dan analisa terkini terkait perkembangan yang terjadi di Palestina dan sekitarnya. Email: khalidmusholla@gmail.com
Tampilkan postingan dengan label China. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label China. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 24 Februari 2024

“Terbenamnya Barat dan Terbitnya Timur”

Oleh: Dr. Mukhtar Syinqithy

Definisi: Kebangkitan China


Istilah "Terbenamnya barat dan terbitnya timur" merupakan kalimat majaz yang dipinjam dari penulis Mesir, Al-Zayat dlm makalah yg terbit 1938 yang membahas tentang clash yang terjadi antara Umat Islam dan Barat di Palestina. Disana dijelaskan telah terjadi tabrakan antara barat dan timur pada era Umar bin Khattab, Salahuddin Al-Ayubi, yang dalam dua peristiwa itu menghasilkan "terbenamnya barat dan terbitnya timur".

Ada dua poin: Pertama: Karakteristik perpindahan kekuatan dunia dari Atlantik Barat ke Timur Asia Eurasia. Kedua, posisi dunia islam dalam pergeseran dan perpindahan dalam tatanan internasional. 

John Joseph Mearsheimer dlm The  Gathering Storm membahas Kebangkitan #China yang menjadi pusat perhatian dalam diskusi strategis saat ini. Kebangkitan China khususnya dalam 40 tahun terakhir adalah hal yang sangat menarik. Kebangkitan ekonomi dan invasi dunia dengan kekuatan uang dan fenomena ini tidaklah ditafsirkan sebagai aspirasi politik maupun militer kecuali pada beberapa tahun belakangan ini.

Tatkala China mulai mengkonversikan kekuatan ekonominya yang dahsyat menjadi aspirasi strategis mulailah  perhatian Barat dan Amerika tertuju kepadanya, dan muncullah perdebatan tentangnya.

Dr. Syinqithy mencoba membaca kebangkitan China yg diistilahkannya dengan "Terbitnya Timur", dalam fenomena Konflik Daratan Terbesar dan Konflik Lautan Terbesar di dunia, yg masuk dalam pembahasan ilmu geografi politik.

Angkatan Darat Terbesar adalah kekuatan Asia ditambah Rusia, disini Rusia disebut Eurasia karena sebagian masuk Eropa dan sebagiannya di Asia. Jadi kekuatan ini adalah China, India, dan Rusia.

Sedangkan Angkatan  Laut Terbesar secara tradisional adalah Eropa Barat dan perluasannya ke Amerika Utara. Yang perwujudannya tampak jelas dalam Angkatan  Laut Terbesar Britania Raya di abad 19 dan awal abad 20. Kemudian AS yang mewarisi segenap elit dan kedigjayaan Britania Raya. 

Dalam sejarah, terjadinya konflik antara Kekuatan Darat Terbesar dan Kekuatan Laut Terbesar bukanlah hal yang baru,  yang itu diistilahkan oleh Dr. Jamal Hamdan dengan Konflik antara Petani dan para navigator yaitu antara Kekuatan Darat dan Kekuatan Laut. (الصراع الفلاحين والملاحين yang hari ini kita bisa menterjemahkannya sebagai "Persaingan antara Amerika Serikat dan China"

Persaingan inilah yg coba ditata Dr. Syinqithi dalam disiplin Ilmu geografi politik dan kajian strategis, yaitu "Konflik antara Kekuatan yang akan Bangkit dan Kekuatan yang sedang Bercokol." Dimana Kekuatan yang Bangkit selalu menghadapi tantangan dari Kekuatan yang Bercokol." Jika terjadi benturan sebelum dia mengeras dan kuat maka selesailah dia menjadi yang terkalahkan.

Jika Kekuatan yang Bangkit ini bertindak bijaksana dan menggunakan strategi menghindar atau memutar dan tidak bertabrakan dengan Kekuatan yang Bercokol maka dia akan terus mampu menanjak.

Aliran Pemikiran Menyikapi Kebangkitan China

Ada dua aliran utama pemikiran dalam diskusi strategis seputar kebangkitan China dan ketakutan Barat terhadap kebangkitan China. 

Aliran pertama, menyarankan Amerika menerima kebangkitan China dan itu adalah hal yang tak terhindarkan. Aliran ini dipelopori oleh pemikir Singapura, Kishore Mahbubani yg menulis beberapa buku tentang kebangkitan China. Tentu dia tdk menyembunyikan kecondongan terhadap aspirasi Asianya dan ambisi identitas Asianya dan ke-bias-annya terhadap kebangkitan China.

Aliran kedua, dipelopori oleh John Mearsheimer, dari Univ Chicago, termasuk tokoh ilmuwan Hubungan Internasional. dan dianggap tokoh pendiri aliran Realisme dalam Hubungan Internasional. Dia meyakini bahwa tubrukan memang bakal terjadi dan tidak terhindarkan antara AS dan China. Dan China akan mengambil jalan Paman Sam di jalan kebangkitannya. 

Apa yang dilakukan Paman Sam, secara ringkas dari segi strategis, pada abad pertama usia Republik Amerika, memonopoli/dominasi   kekuatan yang berada dalam konteks regionalnya di benua Amerika. Maka diusirnya lah kekuatan Eropa dari benua Amerika: Prancis, Inggris, Spanyol, Portugal, dan semua. Lalu dicegah dan dihalanginya lah kekuatan lain yang ingin bangkit di benua Amerika, baik di wilayah utara, Kanada, atau di selatan Amerika Latin. 
.
Pada abad kedua dari kebagkitanya tepatnya pada abad-20, Amerika memutuskan untuk menolak kekuatan lain untuk bisa bangkit dan menantang posisinya dalam tatanan internasional. Sampai bangsa Eropa yang merupakan pewaris Liga Bangsa-bangsa memilih untuk berada di bawah naungan/payung AS dan tidak melampaui ambang batas tertentu.

Tentu saja tantangan terbesar bagi Amerika saat ini adalah kebangkitan agama dan nasionalisme  Rusia, dan upaya Putin untuk mengembalikan kedigdayaan Rusia, dan kedua kebangkitan China dan transformasinya menjadi kekuatan dunia.

John Mearsheimer menggunakan istilah Offensive Realism yaitu kekuatan dunia manapun yang bercokol akan melakukan apapun untuk mencegah munculnya kekuatan baru sebagai pesaingnya, Karenanya tabrakan antara Amerika Serikat - China adalah hal yang tidak bisa dihindari. Karena Amerika Serikat tidak akan menerima China membangun hegemoninya di Asia, apalagi untuk menanjak menjadi kekuatan yang mendunia.

Aliran ketiga, mungkin terjadi semacam koeksistensi atau persaingan yang terkendali antara dua kekuatan tersebut, yang tidak sampai pada tingkat tabrakan tapi bukan dalam hubungan yang baik, jadi persaingan dalam batas-batas, yang digambarkan  oleh salah seorang tokoh dan penulis Kevin Rudd, politikus yang  pernah menjabat PM dan dubes Australia untuk China menulis "Avoidable War" memandang bahwa dua kekuatan bisa saling bersaing tanpa harus bertabrakan dan dia menyarankan ini, mungkin dari sudut pandang Australia takut tergerus jika terjadi perang antara kedua raksasa.

Kebangkitan #Rusia

Dalam artikel ini Syinqithi mengidentifikasi kebangkitan Rusia-Eurasia. Setelah runtuhnya USSR Rusia hidup 10 tahun dalam kesempitan pada era Gorbachev dan Yeltsin. Menurutnya, Gorbachev memiliki ciri iming-iming politik bisa dikutip dari beberapa statement dalam bukunya "Perestroika", kala itu berkeyakinan bahwa Rusia akan berubah menjadi kekuatan Eropa dan dia banyak menyinggung dalam bukunya tentang "Common European Home" dengan prasangka bahwa AS dan Amerika akan menyambut Rusia yang baru yang patuh dan terintegrasi dengan nilai-nilai eropa, tidak lagi menganut ideologi komunisme.

Tapi Gorbachev tidak menyadari bahwa Amerika yang memegang kendali Eropa tidak mengizinkan berintegrasinya Rusia kedalam Eropa, karena dengan tubuhnya yang super besar jika menyatu dengan eropa maka dia akan menjadi negara yang mendominasi eropa dan itu akan mencampakkan payung strategis Amerika bagi eropa.Maka Gorbachev menemukan rintangan dan hinaan barat ini dan kecewa  tidak mendapatkan apa-apa.

Dan tatkala datang Vladimir Putin, dia hadir membawa pemikiran balas dendam, dimana selama ini  bahwa Rusia telah mengabaikan imperiumnya dengan harapan mendapatkan tebusan atau pengganti yaitu eropa dan bahwa AS telah menanggalkan Rusia dari kekuasaan internasionalnya dan tidak pula memberikan mereka apa-apa.

Putin hadir dengan pemikiran mengembalikan kemuliaan Rusia, bukan dengan komunisme kali ini tapi dengan nasionalisme bangsa  Slav dan agama Kristen Ortodoks, karenanya disebut "kebangkitan agamis-nasionalis." Ini menjelaskan kepada kita fenomena perang di Ukraina yang terjadi saat ini dan serangan rusia terhadap Georgia,penjajahan rusia atas Krimea dan semua langkah ekspansionis yang diambil oleh putin yang merupakan upayapembuktian diri  dan mengembalikan kemuliaan yang hilang.

Geografi Dunia Islam

Itu semua dalam konteks umum dari fitur pertama yaitu pergeseran kekuatan dari barat atlantik ke timur Eurasia. Bagaimana dengan dunia Islam?  Dr. Syinqithi memulainya dengan yg diistilahkan Jamal Hamdan  "morphology" dalam dunia Islam atau Konstruksi struktural geografi dunia Islam, apa itu dan dimana letaknya dalam tatanan internasional?

Dunia Islam adalah sebuah unit analisis strategis karena dia sebagian besar saling terhubung dan sangat penting. Dr. Jamal Hamdan satu-satunya yang mengungkapkan tentang geografi dunia Islam dimana menurutnya bahwa dunia Islam bentuknya busur atau bulan sabit, jantungnya di jazirah Arabia, dan memiliki dua sayap, sayap kanan memanjang ke asia dan sayap kirinya memanjang ke Afrika Utara. 

Samudera Hindia dan laut Arab terletak sebagai jantung Bulan sabit raksasa ini. Syinqithi mencoba memodifikasi, pertama jika disebut bulan sabit maka akan masuk India dan sebagian dari China karena sabit ini membentang dari Samudra Atlantik sampai ke Malaysia-Indonesia. Ini tentu masalah, karena dulu memang benar India adalah bagian dari dunia Islam pada beberapa abad di masa lalu tapi sejak penjajahan Inggris di abad 18 sekarang sudah tidak lagi, bahkan dia sekarang merupakan jurang terdalam yang memisahkan dunia Islam.

Oleh karenanya secara faktual kita perlu menyebut dua dunia Islam yaitu dunia Islam daratan dan dunia islam lautan.Dunia Islam daratan berbentuk burung, jantungnya jazirah Arab dan bersayap membentang dari Asia Tengah hingga perbatasan china, dan satu sayap lagi yg membentang di Afrika Utara, tapi kepalanya di Anatolia, jantungnya di Jazirah Arab dengan makna yang luas mencakup Irak dan negeri Syam. 

Jantung atau hati di sini maksudnya tidak hanya geografi-politik saja tapi juga geografi-keagamaan, ini adalah daerah yang di dalamnya terdapat Makkah, Madinah, dan Alquds.

Adapun dunia Islam lautan adalah bangsa Melayu: Malaysia, Indonesia, Brunai, Maldives, yang terpisah dari dunia Islam daratan, Karakteristiknya, besar secara demografis, tapi kecil secara geografis. Malaysia, Indonesia, Bangladesh mungkin boleh dikatakan sepertiga dunia Islam ada di sana. Jadi bobot geografis ada di dunia islam daratan dan bobot demografisnya  ada di dunia islam lautan.

Meski demikian, walau dianggap dunia Islam ada di dua alam namun secara geografis relatif masih terhubung, dibandingkan dengan dunia barat: Eropa, Amerika Utara (AS dan Kanada), tambah Australia dan New Zealand.

Contohnya berapakah jarak antara Australia dan Inggris? 15.000 km, demikian juga Australia dan AS 15.000 km. Sedangkan jeda jarak antara dunia Islam berkisar antara 4-5 ribu km. 

Kepasifan Dunia Islam 

Maka geografi politis ini menegaskan kepada kita akan potensi. Tapi mengubah potensi ini menjadi realita memerlukan 2 hal: 1)tekad politik, 2) kekuatan wawasan politik. Yang menjadikan Barat meski jauhnya jarak antara mereka tetap hari ini dianggap sebagai satu blok peradaban, satu aliansi militer, perbatasan yang terbuka, pasar yang terbuka adalah kekuatan wawasan politik, dan kekuatan tekad/kemauan politik. 

Itulah yang kita butuhkan hari ini untuk bisa menghasilkan blok peradaban yang aktif. Realita dunia Islam saat ini berlaku konsep geografis dan yang disebut shatterbelt atau sabuk penghancur yaitu area yang mengalami perpecahan internal yang banyak terjadi konflik dan saat yang sama secara strategis penting bagi kekuatan eksternal yang saling berpacu terhadapnya).

Secara tradisional di dunia ini ada 4 area shatterbelt: 1) Eropa Timur 2) Timur Tengah 3) Amerika Selatan 4) Asia Tenggara. Tapi hari ini jika melihat dunia Islam, hampir semuanya masuk dalam kategori shatterbelt.

Studi politik-geografis tentang dunia Islam terkait teori politik-geografis meletakkannya dalam posisi pasif bukan aktif. Yang berarti memandangnya sebagai bagian dalam strategi orang lain dan bukan sebagai satu eksistensi yang memiliki kemauannya sendiri.

Misalnya jika kita lihat teori Mackinder tentang Heartland atau jantung dunia atau teori John Spykman tentang  Rimland atau daerah sabuk pinggir bumi, teori zona pertengahan (Dimitri Kitsikis), teori Brezinski tentang Global Balkan, dll. Semua teori-teori itu meletakan realita dunia Islam dalam posisi pasif atau memecahnya menjadi dua atau lebih, misalnya Timur Tengah dipandang sebagai bagian dari containment AS terhadap USSR, Atau paling tidak seperti yang dikatakan Brezinski bahwa dunia Islam dari Mesir sampai perbatasan China disebutnya dengan istilah Global Balkan dan istilah-istilah lain yang membuktikan bahwa mereka menganggap keberadaan kita sebagai objek dan bukan sebagai sebuah eksistensi.
Tekad dan Wawasan Politik Dunia Islam 

Bagaimanakah kita bisa melepaskan diri dari situasi pasif ini dan berubah menjadi aktif ? Sekali lagi ini membutuhkan tekad atau kemauan politik dan wawasan politik. 

Dunia Islam saat ini juga diterapkan padanya pemaham lain dari geografi politik yaitu: Zona Benturan/ Crush Zone, James Fairgrieve, yang didalamnya disebutkan beberapa bagian dunia Islam diantaranya Timur Tengah, dan Eropa Timur yaitu zona yang menjadi lokasi bertubrukannya antara kekuatan besar daratan dan lautan yaitu lebih sebagai medan pertempuran dibanding sebagai peserta dalam pertempuran.

Bagaimana ini terjadi? Tatkala dunia islam kehilangan pada permulaan era modern kekhilafahan besarnya. Dan dunia Islam secara historis merupakan bagian dari kekuatan daratan terbesar.

Misalnya jika kita lihat pada awal abad 18 ada 3 kerajaan Islam yang kuat: 
1)Kerajaan Mongol yang kala itu menguasai semua daratan India termasuk yg saat ini bernama India-Pak-Bangladesh, yg merupakan kerajaan terkaya pada awal abad-18, sebelum dijajah Inggris.
 2) Kerajaan Safawi, kuat dan perbatasannya jauh lebih besar dari teritorial Iran saat ini. dan
3) Kerajaan atau Daulah Utsmaniyah yang paling dikenal karena terlama dan paling terakhir keruntuhannya.

Maka kala itu ada 3 kekuatan yang didalamnya terbagi-bagi dunia Islam hingga abad 18. Sebagaimana runtuh kerajaan Mongol di tangan Inggris , juga kerajaan Safawi, dan terakhir Utsmaniyah dan setelahnya dunia Islam tidak lagi memiliki kekuatan daratan dan juga lautan. 
Potensi Persatuan Dunia Islam

Kita memerlukan kemauan dan wawasan politik untuk mengumpulkan dunia Islam yang terpecah-pecah. Dan di dunia Islam terdapat potensi terpendam untuk menggapai terbangunnya sebuah kekuatan global.

Pertama, kawasannya berada di tengah-tengah dunia, 

Kedua, di dalamnya terdapat 7 dari 8 selat penting yang ada di dunia: Gibraltar, Terusan Suez, Hormuz, Bab al-Mandab,  Dardanis, Dardanella, Bosphous,  Malaka. Hanya satu yg bukan di dunia Islam yaitu: Selat Panama.

Ketiga, di dalamnya kawasan lautan berwarna (putih/mediterania, hitam, merah) yang menjadi perlintasan kapal dagang dunia, kapal-kapal perang, dll

Keempat, kawasannya terletak jantung pertemuan apa yang diistilahkan kepulauan global atau world island. Sebuah istilah geografi politik yang digunakan oleh Mackinder yang dimaksudkan adalah 3 benua yang dalam sejarah kuno merupakan tempat berasal persemakmuran  manusia di bumi yaitu: Eropa, Asia dan Afrika.

Dan dunia Islam kala itu merupakan benua perantara (Istilah Malik bin Nabi), jadi kita adalah Umat pertengahan bahkan dari sisi geografis. karena Islam terlihat di pojok Barat Daya atau Barat laut  dari benua Asia. Tapi tepatnya di titik yang hampir bersentuhan dengan Benua Afrika dan sangat dekat dengan Eropa.
Yakni, Islam terlahir di zona pertemuan tiga benua yang merupakan fondasi persemakmuran saat itu. Jadi dia tidak terpisah dengan Afrika kecuali kalau memotong Gurun Sina atau memotong dari Bab al-Mandab. Dan dari Eropa cukup ke Syam dan sampailah di Laut Mediterania, atau terus ke Anatolia via jalur darat.

Zona atau kawasan tersebut jadi memang benar-benar jantung dunia dari segi geostrategis dilihat dari posisinya, selat-selatnya dan lautannya yang ada di dalamnya.
Bobotnya menjadi terus bertambah dengan ditemukannya energi di dalamnya yang merupakan hal sangat penting dalam geopolitik, menjadikan bangsa-bangsa di dunia berebut mencampur tangannya di kawasan ini sejak munculnya energi minyak di sana..

Agenda Kerja Dunia Islam 

Di akhir, Dr. Syinqity bicara tentang agenda/kerja yang perlu dilakukan yaitu membangun imunitas diri. Kawasan ini yang berbentuk burung Islam raksasa dalam sejarah saat menguat dia mengepakkan sayapnya dan melebar secara politik, budaya, peradabannya. Dan jika melemah, sayap-sayapnya patah dan tercerai-berai antara kekuatan darat dan lautnya hingga sampailah musuh-musuh menyusup ke jantungnya. Demikianlah sejarah Islam yaitu sejarah mengepak dan menguncup  dan terus demikian.

Kadang musuh datang dari dua arah, misalnya dalam sejarah Mongol dari Timur dan kaum Salibis dari Barat menyerang dalam waktu yang bersamaan dalam kondisi kritis, dan keadaan kita hari ini menyerupai momen kritis itu karena kita sedang berada dalam ancaman kekuatan global timur dan kekuatan global barat keduanya ingin menembus masuk dari sisi strategis.
 
Kerja membangun Imunitas diri ini tidak akan terjadi tanpa adanya persatuan. Disinilah urgensi persatuan Islam, bukan dalam makna tradisional yang dipengaruhi oleh kerajaan/daulah Islam besar yang telah berlalu dalam sejarah, tapi yang saya maksud adalah persatuan tekad/kemauan strategis. yang itu bisa terjadi tanpa harus  tergabung satu bangsa dengan bangsa lain. Bisa diwujudkan dengan pakta militer, kerjasama ekonomi, dan terbukanya perbatasan antar bangsa. 

Bahkan dari segi syariah bahwa Allah mengharuskan kaum Muslimin menjadi umat yang satu, dan tidak ada teks yang mengharuskan menjadi satu negara. Teks/nash syariah bicara ttg umat yang satu jadi maknanya, harus mewujudkan manifestasi  untuk saling mendukung, saling menolong, yang dibutuhkan dalam pemahaman Al-Ummah Al Wahidah, yang tidak harus dalam bentuk persatuan gabungan. Karenanya Dr. Syinqithi condong kepada sudut pandang  Sinhuri dan  Malik bin Nabi  yang memandang persatuan dunia  Islam dalam bentuk persatuan koordinasi, kesadaran, spontanitas, bukan kesatuan yang dipaksakan dan khilafah masa lalu. 

Kebutuhan Akan Blok Poros Negara Islam 

Kita memerlukan autoimunitas dan bagaimana kita memulainya? Disini kita membutuhkan core state atau Blok Poros. Dr. Syinqithy mengambil pandangan Samuel Huntington yang membagi dunia menjadi delapan peradaban. Negara-negara berkumpul atas dasar kedekatan mereka secara budaya, tapi setiap negara membutuhkan kepada Blok Poros yang mengatur kondisi internalnya dan melindunginya dari bahaya eksternal. 

Peradaban China melindungi  negara-negara kecil Budha dari ancaman sebagaimana India melindungi negara-negara kecil Hindu. Demikian juga Rusia sebagai negara Ortodoks melindungi Serbia saat diserang, jika Nepal diserang ada India, jika Korea Utara diserang ada China.

Tapi ujian dunia Islam sejak jatuhnya Daulah Utsmaniyah tidak lagi memiliki Blok Poros. Tidak ada struktur yang berbentuk jantung strategis bagi dunia Islam yang mengatur kondisi internalnya dan melindunginya dari ancaman eksternal. Dunia Islam akan tetap rapuh berantakan hingga muncul Blok Poros.

Samuel Huntington mengemukan 6 negara Islam yang diperkirakan bisa jadi Blok Poros di masa depan: Mesir, Saudi Arabia, Iran, Pakistan, Indonesia, Turki. Tapi dengan beberapa syarat:

1. Jumlah penduduknya banyak,2. Teritorialnya luas, 3. Ekonomi dan militernya kuat, petanya cocok di dalam peta peradabannya. 

Mesir memiliki geografi dan demografi tapi tidak memiliki sumber daya alam yang memadai. Saudi tidak memilki penduduk yang memadai meski memiliki modal moral dan material. Iran memiliki jurang madzhab dan aqidah  antara dirinya dengan dunia Islam. Pakistan tidak stabil secara politik dan tidak memiliki sumber daya alam yang memadai. Indonesia sangat jauh dari dunia jantung geografis dunia Islam. 

Tersisa Turki satu-satunya negara yang pas menjadi Blok Poros, pernyataan Huntington ini ditulis tahun 1996 dalam bukunya Clash of Civilization. Tapi Turki akan pantas dengan dua syarat: 1. Pulang ke akar dan identitas peradaban atau budayanya, berdamai dengan identitas Islamnya. 2. Memerdekakan dirinya dari keterlibatan ikut berlindung di bawah payung Barat karena ketakutannya dari komunisme dalam era perang dingin. 

Dan pasca perang dingin Turki tidak lagi membutuhkan perlindungan barat karenanya ini adalah hal yang mudah. Tapi yang sulit adalah masalah peradaban, dan Huntington sampai kepada kesimpulan yang bagus - anehnya hal itu disampaikannya sebelum Partai Keadilan dan Pembangun berdiri- dia berkata: "Mungkin di masa mendatang Turki akan kembali mendefinisikan dirinya dan berdamai dengan jati diri Islamnya. Jika itu terjadi, maka Turki akan pantas menjadi Blok Poros di dunia Islam.

Dr. Syinqithi sepakat bahwa Turki memang pantas, tapi dunia Islam dengan teritorialnya yang demikian luas dan strukturnya yang kompleks antara Daratan dan Lautan akan membutuhkan lebih dari satu Blok Poros. Sebagaimana Eropa memiliki 3 Blok Poros, secara tradisional: Perancis, Jerman, Inggris yang dikenal dengan istilah Trinitas Kekuatan Eropa. Maka dunia Islam akan membutuhkan 3 atau 4 atau 5-6-7 Blok Poros, 

Dan negara yang pantas untuk itu memang ada diantaranya sebagaimana yang disebutkan oleh Samuel Huntington. Diantaranya Aljazair, jika mampu menyelesaikan masalah internalnya, dan pimpinannya memiliki sensitifitas strategis yang lebih bagus, dia juga berhak untuk menjadi Blok Poros di dunia Islam. Sebagaimana, Saudi, Mesir, Pakistan, Indonesia pastinya, dan Malaysia.

Kesimpulan

Telah terjadi perubahan tatanan dunia dan di antara fiturnya adalah bangkitnya China. Pembelahan baru dalam tatanan dunia ini memberikan kepada Umat Islam fleksibilitas taktis yang lebih besar. Selalu tatkala terjadi pembelahan raksasa memberikan kepada yang kecil-kecil kesempatan untuk masuk dari retakan-retakan itu dan bermain di antara perselisihan dan meraih beberapa jengkal tanah. Dan kita dalam hal ini masuk dalam kategori "negara-negara kecil" secara makna strategis. 

Sebagaimana pembelahan global yang terjadi pada saat perang dingin telah membantu banyak bangsa di dunia untuk mewujudkan kemerdekaannya melalui kamp pasukan timur melawan pasukan barat yang terafiliasi sebagai kekuatan penjajah. Misalnya bagaimana Revolusi Aljazair berhasil meraih kemenangan, bagaimana kubu sosialis, gerakan non-blok, itu jenis-jenis pembelahan global yang membantu negara-negara lemah untuk memenangkan gerakannya dalam batas-batas tertentu. 

Pada tingkat taktis, dan jangka panjang, kita perlu memetik buah dari pembelahan atau peralihan tatanan global yang sedang terjadi, khususnya terkait perang Ukraina, yang menurut analisa Dr. Syinqithi bahwa Rusia akan sulit memenangkan perang ini dan juga mustahil untuk kalah darinya. 

Artinya Rusia akan membayar harga yang memalukan sebelum memenangkannya. Karena Barat telah memutuskan menggunakan Ukraina untuk menyedot habis Rusia dan menghabisi ambisi Putin yang ingin mengembalikan kejayaan Rusia.

Tapi mustahil Rusia kalah, karena baginya ini adalah perang eksistensi dan bukan sekedar perang pengaruh sebagaimana halnya bagi Amerika. Amerika jika kalah dalam perang Ukraina, tidak kehilangan apa-apa, berbeda bagi Rusia jika sampai kalah maka dia kehilangan banyak hal. 

Brzezinski dalam artikel lamanya di Foreign Affairs bahwa Rusia dengan Ukraina imperiumnya dan tanpa Ukraina negara. Jadi Rusia akan memenangkan perang ini, paling sedikit dia akan membagi negara itu menjadi dua dimana dia akan mengambil bagian selatan dan timur, yang menguntungkan bagi Rusia dimana penduduknya mayoritas orang Rusia dan memiliki nilai strategis . Atau mengubah sungai Danube menjadi tembok berlin yang baru antara timur dan barat. 

Barat telah melakukan kesalahan strategis adapun Putin telah melakukan kesalahan taktis yang tegas kala dia memfasilitasi perang dan menyerbu Ukraina dan menyangka bahwa barat akan menempuh jalan yang sama saat dia menyerbu Georgia pada 1982, dan saat menginvasi Krimea pada 2014. Maka itulah kesalahan taktisnya yang harus dibayarnya dengan harga memalukan.

Tapi Barat melakukan kesalahan strategis yang lebih besar karena dia mendorong Rusia ke pangkuan China di momentum Kebangkitan China. Sementara dalam  strategi tradisional Amerika selalu memisahkan China dari Rusia. Ini adalah strategi yang sudah dikenal diambil oleh Nixon, Kissinger sejak tahun 1970 an. 

jadi menurut Dr. Syinqithi, seolah Amerika sudah kehilangan kecerdasan strategisnya sampai pada tingkat mendorong Rusia beraliansi dengan China. 

China tidak akan menerima kekalahan Rusia, mengapa? Karena alasan sederhana terkait geografi politik. Batas antara Rusia-China 4.400 km. Jika terjadi Rusia sampai diserang atau dipecah belah atau berhasil dibelokkan menjadi negara mengikuti barat, dan pimpinannya menjadi boneka barat, maka itu adalah singkapan strategis bagi punggung China. Yang ini berarti bahwa China akan terkepung oleh kekuatan barat dari daratan dan lautan. Karena Amerika mengepungnya dari arah laut di laut China Selatan dan laut China Timur. Jadi kekalahan Rusia akan mengepung China dari dua arah.  

Kita hari ini apakah memilih timur atau barat ? 

Bagi dunia Islam, negara-negaranya secara individual memiliki kesempatan  untuk melakukan gerakan dalam pembelahan tatanan global ini. Tapi dunia Islam secara global, menurut pandangan pribadi Dr. Syinqithi bahwa China secara strategis lebih dekat kepada kita. Barat bisa jadi lebih dekat dengan kita secara budaya, nilai-nilai politisnya lebih dekat kepada kita, tapi China lebih dekat dengan kita secara strategis karena dua hal: 1. China tidak memiliki latar belakang sejarah penjajahan , 2. Yang terpenting, China tidak memiliki sarana-sarana pengaruh internal di wilayah kita sebagaimana barat memilikinya. 

Bahaya paling mengerikan yang kita hadapi adalah penetrasi strategis barat. Yaitu, barat mampu untuk menjadikan budak jutaan kaum Muslimin yang berada di dalam negara-negara Islam dengan cara mendukung beberapa orang jendral, melalui investasi pemenangan tokoh-tokoh politik yang rusak, namun berkuasa, memiliki pengaruh  dst sementara China tidak memiliki jenis pengaruh semacam ini.  

Selama barat memiliki penetrasi strategis ini di dunia Islam, maka tidak ada masa depan dunia Islam, dan tidak ada autoimunitas, tidak persatuan, bahkan tidak juga demokrasi sekalipun. 

Dr. Syinqithi memandang bahwa dalam waktu dekat, banyak negara-negara Islam yang akan beralih kepada China untuk bekerjasama untuk membebaskan dirinya dari cengkraman barat dan agar memiliki tekad politik yang mandiri.

Sumber: Lubab, Majalah  Kajian Strategis Diterjemahkan 
dari video berbahasa Arab yang diterbitkan di  Youtube 12 Juni 2023, Sumber video asli: https://www.youtube.com/watch?v=nk9OVcsok1Y&t=303s 
oleh Khalidmu, kunjungi: https://englisc-trans.blogspot.com/ 






Share: