Youtube Channel

About

Selamat datang di Blog Analis Palestina yang mengkhususkan diri pada opini, penerjemahan informasi dan analisa terkini terkait perkembangan yang terjadi di Palestina dan sekitarnya. Email: khalidmusholla@gmail.com

Sabtu, 20 April 2024

Sebab Perbedaan Dalam Menafsirkan Respon Iran

Oleh: Muhammad Yasin Najjar

Masyarakat Arab dan dunia Islam, setelah 14 April 2024, berbeda pandangan dalam menilai respon Iran terhadap serangan ke konsulat Iran di Damaskus oleh Israel pada awal April dan pembunuhan para pemimpin ring satu Garda Revolusi, karena hal ini dianggap sebagai serangan langsung terhadap teritorial Iran sesuai dengan Pasal 51 hukum internasional, menganggapnya sebagai wilayah kekuasaan Iran.


Menyusul berakhirnya operasi yang diumumkan oleh Garda Revolusi Iran - yang memiliki dampak terbatas menurut standar militer dan hanya terjadi ledakan terbatas di Pangkalan Udara Navatem, Iran mengatakan: Pesawat F-35 diluncurkan dari sana - ada analisis yang  berbeda terkait respon ini, yang kemudian mengerucut jadi pertempuran sengit yang tidak dapat dinegosiasikan dalam asumsi masing-masing kelompok: satu kelompok menganggapnya sebagai induk dari semua pertempuran dan kemenangan besar bagi bangsa Arab dan dunia Islam, yang perlu didukung dan diandalkan dengan segenap kekuatan yang ada. Kelompok lain menganggapnya sebagai drama gagal yang berujung dan membuat citra buruk. Sementara hanya sedikit yang mencoba membaca kejadian tersebut secara politis, hati-hati dan obyektif, berikut memahami berbagai dimensi strategisnya terhadap kawasan Timur Tengah. 


Perbedaan ini memiliki beberapa penyebab yang obyektif, yang harus dianalisa secara cermat dan diketahui motif serta latar belakangnya agar kita dan generasi mendatang dapat mengambil manfaat dari peristiwa tersebut, apalagi umat ini masih saja terus mengulangi kesalahannya tanpa mengambil pelajaran dari masa lalu. Jadi apakah penyebab  dan motif yang berada di belakangnya tersebut?


Alasan Perbedaan Analisis


Pertama: Arena internasional yang kompleks yang sedang dialami dunia: 

pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina, ketegangan antara Amerika dan China, dan agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap Gaza membuat proses analisis menjadi rumit, terutama karena kita berada di ambang terbentuknya sebuah tatanan dunia yang baru di mana negara-negara adidaya berusaha mengkonsolidasikan pengaruhnya ke dalamnya untuk menuju abad berikutnya.


Kedua: Kedekatan dan jarak geografis dari Iran: 

Posisi sektarian Iran terhadap beberapa negara tetangga dan kejahatan yang dilakukan oleh milisinya di (Irak - Yaman - Suriah - Lebanon) memainkan peran yang berpengaruh dalam meyakinkan mereka, karena masyarakat di negara-negara tersebut sangat menderita akibat perbuatan milisi itu. dan kekuatan-kekuatan yang terkait dengannya serta hasil buruk yang diciptakannya. Oleh karena itu, meskipun kita melihat analisis-analisis yang datang dari negara-negara bagian barat Arab yang jauh dari apa yang terjadi di timur Arab serta penderitaannya dan tidak memiliki interaksi langsung dengan permasalahan ini, mereka justru membesar-besarkan dampak akan respond Iran itu di kancah dunia Arab dan Islam.


Ketiga: Agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap Gaza: 

Hal ini membuat sebagian orang menganggapnya sebagai respons yang tidak memadai atas kejahatan genosida yang masih terus berlangsung, dan dia tidak berkaitan dengan respon itu. Sementara, pihak lain memandang ini sebagai respon penting yang memiliki landasan dari pengeboman konsulaaat, di tengah-tengah kondisi dunia yang bisu atas genosida yng terjadi, dan lemahnya peran bangsa Arab dalam berbagai peristiwa di Gaza.


Keempat: Tidak menelan korban tokoh-tokoh Israel – atau lokasi penting –

Yang seimbang atau sejajar dengan tokoh-tokoh pimpinan yang dibunuh di Damaskus di dalam dan di luar konsulat.


Kelima: Perbandingan dengan isu-isu serupa dan standar ganda: 

Para analis mencoba menarik sejarah melalui apa yang terjadi di Irak sebelumnya pada masa Presiden Saddam Hussein, dan membandingkannya dengan interaksi mereka saat ini dengan Iran, dimana pada awal abad ke-21, Amerika dan Israel menuding Irak - secara salah dan - terbukti fitnah- memiliki senjata pemusnah massal, sehingga Amerika dan negara-negara yang bersekutu dengannya melakukan penyerangan dan menjajah Irak. Sementara para pengamat memandang bahwa penanganan Amerika terhadap kasus senjata nuklir Iran yang sebenarnya dilakukan dengan diplomasi maksimal, jauh dari ancaman militer, serta pengeboman “Reaktor Tammuz” yang dilakukan Israel pada tahun 1981, di luar hukum internasional, meskipun Perancis dulu yang berjasa membangunnya.


Keenam: Kelemahan Realitas Bangsa Arab: Terus berlanjutnya kelemahan Arab di tingkat regional dan global seiring dengan semakin besarnya peran Iran di tingkat regional telah membuat semua orang, terutama para ideolog, menggunakan kebijakan analisis emosional untuk menjadi alasan pembenaran atas  realitas mereka yang menyakitkan ini.


Ketujuh: Kelemahan Sistem Politik Bangsa Arab: Dunia Arab mengalami ketiadaan dinamisme dalam berpolitik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya partai politik yang efektif dan dapat diandalkan yang dapat memainkan peran utama publik dalam meningkatkan kesadaran, menjelaskan isu-isu ambigu dan membimbing masyarakat untuk melakukan apa yang menjadi kepentingan negara dan bangsanya.


Kedelapan: Minimnya Pusat-pusat Penelitian Arab yang Profesional:

Dimana pusat-pusat penelitian akan mampu menarik para pemikir dan peneliti khusus yang menghasilkan penelitian yang solid dan bereputasi baik.


Kesembilan: Lemahnya Kredibilitas Sebagian Besar Media Arab; 

Ini terjadi karena terkait lemahnya ikatan dengan sistem dan lembaga keamanan, yang membuat khalayak luas beralih ke situs jejaring sosial dan kalangan selebriti untuk memahami peristiwa tersebut.

Kesepuluh: Pernyataan mantan Presiden AS dan kandidat saat ini Donald Trump, 

yang sebelumnya berbicara tentang sandiwara yang dimainkan bersama Iran setelah kasus pembunuhan Qassem Soleimani.


Analisis ilmiah politik terhadap suatu peristiwa memerlukan perangkat ilmiah, yang paling penting adalah memahami hakikat hubungan internasional, pengetahuan sejarah, pentingnya geografi, dan penguasaan informasi yang akurat, jauh dari meremehkan atau melebih-lebihkan dan menggelitik emosi dan perasaan untuk sekedar menghasilkan banyak like atau suka dan jumlah tayang dari viewer. 


Hari-hari telah membuktikan bahwa para penguasa Iran memiliki proyek ekspansionis yang pragmatis, mahir dalam strategi “menyerang dan melarikan diri”, dan menawarkan berbagai konsesi taktis untuk memperoleh keuntungan strategis. Mereka mampu memanfaatkan alat mereka, terutama sektarianisme, sementara kolektif proyek bangsa Arab terus-menerus menderita dan mengalami kemunduran. 


Akankah peristiwa saat ini menjadi titik awal bagi umat ini untuk bangkit melalui bangkitnya para elit dan partai-partai besar nasional agar tidak bergantung pada proyek-proyek eksternal, baik regional maupun internasional, dan juga pandai dalam memasarkan kepentingan mereka dan melakukan pemboikotan bersama yang lain untuk memaksimalkan perannya dalam tatanan dunia di masa depan?


(Diterbitkan dalam bahasa Arab di blog oleh Aljazeera, tgl. 194/2024 Referensi: https://bit.ly/4aGnL8B diterjemahkan oleh #Khalidmu)


Share: