Youtube Channel

About

Selamat datang di Blog Analis Palestina yang mengkhususkan diri pada opini, penerjemahan informasi dan analisa terkini terkait perkembangan yang terjadi di Palestina dan sekitarnya. Email: khalidmusholla@gmail.com

Minggu, 25 Februari 2024

Benarkah Tanah #Palestina Milik #Bani_Israel?

Oleh Asim An-Nabih*


Penjajah-Z berusaha membuktikan hak dan kepemilikannya atas Palestina dengan berbagai cara, dan mereka telah mempekerjakan ratusan cendekiawan dan penulis di berbagai bidang untuk tugas ini, yang telah melakukan ratusan proyek, mendirikan pusat studi, menulis banyak buku, dan menerbitkan ratusan makalah penelitian. Mereka mencari di bawah tanah dan di atas tanah, melakukan penggalian, dan membayar jutaan dolar untuk menemukan kaitan yang menghubungkan mereka dengan Palestina dari dekat atau jauh.


Pada abad ke-18 Palestina menjadi incaran semua kekuatan kolonial karena lokasinya yang strategis dan sumber dayanya yang sangat istimewa. Maka pada pertengahan abad ke-18, di bawah naungan Ratu Victoria, Angkatan Darat Inggris mendirikan “Palestine Exploration Fund” yang bekerja untuk menghubungkan situs-situs arkeologi di Palestina dengan apa yang disebutkan dalam versi sejarah Taurat, yang mengklaim bahwa itu adalah “situs peninggalan tanah Israel”. 


Para peneliti di “Palestine Discovery Fund”, yang disponsori oleh Inggris ini, adalah para penganut Kristen dan bukan disponsori oleh Organisasi Zionis, yang karenanya dalam hal ini Inggris memiliki maksud lain di balik proyek penelitian ini. Tujuan proyek ini pada dasarnya bersifat kolonial, karena persaingan yang ketat antara negara-negara Eropa, terutama Inggris dan Perancis, dan Palestina dipilih karena menjadi sasaran semua penjajah karena lokasinya yang strategis dan sumber dayanya yang khas. Melalui proyek ini, Inggris ingin menyebarkan kebohongan tentang Tanah Perjanjian dan menghubungkannya dengan apa yang dinyatakan dalam Taurat tentang hak orang #Yahudi atas tanah tersebut.


Maka muncullah Ilmu Arkeologi Taurat untuk meneliti peninggalan bersejarah dan menciptakan hasil-hasil yang bersesuaian dengan isi Taurat. Ilmu ini bukanlah untuk menggali benda-benda antik kuno dan mengidentifikasi identitasnya, tapi menyajikannya sebagai dokumen yang menghubung-hubungkan antara benda-benda antik kuno dengan  entitas kolonial yang didirikan Barat di tanah Palestina.”


Namun sejalan dengan itu juga berlangsung juga penelitian-penelitian yang berlandaskan kepada ilmu arkeologi semata yang menghancurleburkan Ilmu Arkeologi Taurat karena didalamnya melibatkan banyak peneliti asing baik Yahudi dan non-Yahudi yang sebagian adalah orang yang netral dan secara jelas menyatakan tidak adanya peninggalan peradaban Israel di tanah Palestina. Layak untuk disebut sebagai contoh proyek peneliti Kathleen Kennon, yang datang ke Palestina dan telah melakukan sekelompok studi dan penelitian penting.


Istilah Yahudi dan Bani Israel


Istilah “Bani Israel” kembali kepada Nabi Yakub, yang memiliki nama julukan “Israel.” Bagi kalangan Umat Islam dan Yahudi nama tersebut diekspresikan untuk orang Yahudi secara khusus dan negara penjajah yang didirikan di tanah Palestina disebut “Israel,” yang menyerukan negara Yahudi hingga sejak sebelum berdirinya.

 

Asal Usul Yahudi:


Orang-orang Yahudi bersandarkan kepada Taurat dalam membuktikan kepemilikan mereka terhadap tanah Palestina. Namun, kenyataannya Taurat itu sendiri mengandung dalil-dalil yang membuktikan milik bangsa Palestina. Narasi Taurat misalnya, mengatakan bahwa asal usul dan keberadaan orang Yahudi adalah dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, yang hidup pada awal milenium kedua SM, melarikan diri dari Irak dan datang dengan kelompok orang yang sangat sedikit. Artinya beliau tidak bermaksud membentuk sebuah masyarakat atau negara, melainkan datang melarikan diri untuk mencari perlindungan, dan datang bukan dengan tujuan untuk menetap di Palestina. Persis seperti yang terjadi dengan cucu-cucunya (anak-anak Nabi Yakub alaihissalam) yang berhijrah dari Palestina ke Mesir dan menetap di sana, dimana jumlah mereka tidak lebih dari 70 orang. 


Masuknya Yahudi ke Palestina:


“Era Para Hakim” berlangsung selama kurang lebih satu setengah abad, di mana dua belas hakim memerintah, kemudian Thalut memerintah mereka, dan setelah itu datanglah “Era Raja-raja”, di antaranya adalah Nabi Daud(1004-962 SM), yang setelah wafatnya berkuasalah Nabi Sulaiman (962-923 SM), yang pada masanya dibangunlah Haikal. Setelah wafatnya kerajaan terpecah dua menjadi Kerajaan Yehuda dengan ibukotanya Yerusalem (Orshalim)  dan Kerajaan Israel dengan ibukota Samaria.


Menurut versi Taurat juga, Bani Israil datang bersama Nabi Musa ke Palestina, melarikan diri dari Firaun di Mesir, dimana mereka hidup dalam pengembaraan “tiih” selama 40 tahun dalam kurun waktu (antara tahun 1500 SM sampai kira-kira tahun 1460 SM), menurut versi paling kuat. Pengembaraan itu terjadi di tanah Sinai dan bukan di Palestina, hingga datanglah Yosua bin Nun yang memimpin Bani Israel menuju Palestina dan membawa mereka ke Yerikho. 


Yehuda dan Samaria:


Bangsa Asyur menghancurkan Kerajaan Samaria pada tahun 722 SM dan membawa orang-orang Yahudi sebagai tawanan ke Irak, dan Kerajaan Yehuda dihancurkan oleh penjajah Babilonia (negara Kaldea) yang dipimpin oleh Raja Nebukadnezar (Bakhtanezzar), yang mengasingkan orang-orang Yahudi dari Kerajaan Yehuda ke Babilonia pada tahun 586 SM.

 

Yahudi Pada Zaman Persia, Yunani, dan Romawi:


Pada tahun 539 SM, raja Persia Kadesh II berhasil memasuki Babilonia dan menghancurkan Kerajaan Babilonia dengan bantuan orang-orang Yahudi. Ia mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Palestina dengan syarat mereka membantunya dalam pemerintahan maka pulanglah sebagian mereka dan hidup di bawah kekuasaan Persia selama beberapa waktu tanpa memiliki kekuasaan khusus.


Alexander Agung kemudian dapat memasuki Palestina dan mengalahkan Persia, dan orang-orang Yahudi terpaksa berada di bawah kekuasaannya. Setelah kematian Alexander, kerajaannya terpecah, terjadi konflik di Palestina, dan orang-orang Yahudi dipaksa memeluk agama berhala Yunani, sehingga sebagian besar orang Yahudi hijrah ke Mesir.

 

Kemudian bangsa Romawi datang pada tahun 64 SM. Bangsa Yahudi melakukan pemberontakan dan revolusi lebih dari satu kali, namun bangsa Romawi berhasil meredam revolusi tersebut. Yang terakhir adalah bangkitnya Kaisar Hadrian pada tahun 70 M – dan ada catatan yang menyebutkan tahun 135 SM.yang menghancurkan kota Yerusalem dan Haikalnya, dan membangun sebuah kota lain di atas reruntuhannya yang bernama Aelia Capitolina.


Setelah itu, keberadaan Yahudi di tanah Palestina sirna selama kurang lebih 2.000 tahun. Yang ada hanyalah segelintir dari mereka yang hidup di bawah kekuasaan orang Palestina sampai mereka mengumpulkan diri mereka lagi dari negeri-negeri yang jauh dan kembali sebagai Penjajah “Israel” di tanah Palestina pada tahun 1948.


Pada era Muhammad Ali Pasha, statistik orang Yahudi di Palestina ditemukan tidak lebih dari 2%, karena Palestina terus mengalami kekosongan dari orang Yahudi sejak dikalahkan oleh Romawi.


Sangat jelas terlihat bahwa eksistensi Yahudi bersifat sporadis dan bukan sebagai suatu peradaban di tanah Palestina, melainkan kehadiran sementara di wilayah tertentu dan dalam jumlah kecil.


Penduduk Asli Palestina


Bangsa Arab Kanaan mendiami tanah Palestina sejak zaman prasejarah dimana mereka menetap dan mulai melakukan pengelolaan tanah, bertani, dan membangun rumah, hal yang tidak lazim pada masa itu, dan telah ditemukan peninggalan sejarah dalam bentuk perkakas tani yang menunjukkan kembali ke masa di mana orang-orang Yahudi belum ada sama sekali, dan ini menjadi bukti bahwa terdapat populasi yang mendahului semua orang dalam kehidupan di atas tanah itu.

 

Evolusi kehidupan di Palestina mencapai era “negara-negara kecil” pada awal Zaman Perunggu (3200 SM – 2000 SM), yaitu ditemukannya blok tempat tinggal warga, perumahan, lahan pertanian, dan stabilitas orang Kanaan hingga ke tahap urbanisasi, di mana orang-orang Palestina mendirikan kota pertama dalam sejarah umat manusia, yaitu Kota “Ariha” atau Jericho disebut sebagai "peradaban Jericho", sebagaimana disebutkan dan dibuktikan dari penggalian arkeologi. Kehidupan komersial dan industri berkembang, perunggu dan logam sudah diolah, dan keberadaan keyakinan beragama dan dekorasi artistik yang terdapat pada peralatan, dan fase "kota" nya kala itu telah mencapai tingkat perkembangan tertinggi yang pernah dicapai manusia pada periode itu.


Eksistensi orang Palestina terus meluas, menyebar, dan membangun pusat-pusat dan kantong-kantong lain di pesisir Palestina. Selama masa-masa tersebut, Palestina menjadi sasaran ambisi para penjajah  dari waktu ke waktu, dan kadang-kadang penjajah berlangsung hingga berabad-abad, namun tetap di bawah bayang-bayang eksistensi orang Palestina secara berkelanjutan.


Palestina pernah dihuni oleh bangsa Romawi dan Persia, dan Alexander Agung mencapai perbatasan Gaza dan dijajah oleh Tentara Salib dan lain-lain, bisakah kita menyebut bahwa Palestina adalah Romawi misalnya? Atau apakah dia milik Persia? Tentu saja tidak, karena warga penduduk asli masih ada, dan semua bangsa-bangsa yang pernah menghuni tanah ini sementara waktu, tidak dapat dikaitkan dengan tanah air Palestina.


Pertempuran Yerikho:


Versi Yahudi menceritakan tentang sebuah peperangan dimana Yosua bin Nun memimpin kaum Yahudi dan menyerbu Yerikho yang saat itu dihuni oleh bangsa Kanaan, hingga mereka menghancurkan dan membakarnya. Padahal versi cerita itu sendiri membenarkan adanya penduduk yang ada sebelum mereka di tanah itu, dan  berbicara tentang seorang raja yang memimpin Kerajaan Kanaan. Namun penelitian Catherine Kennon dari Inggris menyatakan bahwa Tidak ada jejak pembakaran yang terjadi di Yerikho selama periode yang disebutkan dalam Taurat.

 

Bani Israel tidak pernah membangun peradaban dan tidak pernah sampai pada tingkat terdepan dalam perkembangan kemanusiaannya di negeri ini..Hal ini terlihat jelas dalam penelitian dan kajian arkeologi yang menemukan perkakas milik bangsa Palestina sejak Zaman Perunggu, namun mereka tidak menemukan apapun yang mengembalikan kepada orang-orang Yahudi.


Dua ribu tahun kemudian:


Pada tahun 1839, Moses Montefiore salah satu orang kaya Yahudi mengunjungi  Muhammad Ali, dan bernegosiasi dengannya untuk mengizinkan pembangunan desa dan perumahan bagi orang Yahudi. Perjanjiannya belum final, tetapi dengan dukungan Montefiore, pada masa pemerintahannya, Muhammad Ali, berhasil melakukan sensus yang mengidentifikasi jumlah orang Yahudi di Palestina dan menemukan bahwa persentase orang Yahudi tidak melebihi 2%. Itu dikarenakan Palestina masih tetap kosong dari orang Yahudi sejak mereka dikalahkan oleh Romawi. Mereka yang tinggal di Palestina pada saat sensus dilakukan adalah orang Yahudi Andalusia yang melarikan diri bersama umat Islam pada tahun 1494 saat Daulah Islamiyah di sana runtuh.


Orang-orang Yahudi mencoba untuk membuktikan keberadaan Haikal Sulaiman di lokasi Masjid Al-Aqsa berada, dan mereka telah menemukan bukti - palsu-nya melalui Ilmu Arkeologi Taurat. Namun Ilmu Arkeologi yang sebenarnya telah menyangkal keberadaan peninggalan apapun yang berasal dari Bani Israel, hingga hari, meskipun sudah dilakukan penggalian besar-besaran dilakukan oleh penjajah di Yerusalem, di bawah Masjid Al-Aqsa, dan di beberapa titik di Palestina.(IC)



Kesimpulan:


  • unchecked

    Eksistensi orang Palestina di tanah air Palestina tidak pernah tergerus sejak pertama kali mereka hidup meski di era penjajahan sekalipun.

  • unchecked

    Eksistensi Israel terbatas pada periode tertentu dan tempat tertentu saja. Mereka selalu meninggalkan tanah air dan hilang keberadaannya sama sekali, kemudian kembali dengan harapan dapat mendirikan negara untuk dirinya sendiri di tanah air Palestina.

  • unchecked

    Eksistensi Yahudi di tanah Palestina dimulai sejak tahun 1460 SM menurut versi Taurat. 

  • unchecked

    Masa bercokol dan memerintah orang Yahudi terjadi pada “Era Para Hakim” yang berumur pendek dalam bentuk blok-blok perumahan kecil.

  • unchecked

    Persentase orang Yahudi sangatlah kecil jika dibandingkan dengan penduduk asli, yaitu orang Kanaan.

  • unchecked

    Bani Israel tidak pernah membangun peradaban dan tidak mencapai tingkat terdepan yang berlaku di negeri Palestina dalam perkembangan kemanusiaannya. Hal ini terlihat jelas dalam penelitian dan kajian arkeologi yang menemukan perkakas milik bangsa Palestina sejak Zaman Perunggu, namun tidak menemukan apa pun milik orang-orang Yahudi.

  • unchecked

    Populasi penduduk asli terus bertambah dan menyebar seiring dengan berkurangnya jumlah Bani Israel akibat peperangan dan hijrah yang terus menerus.

  • unchecked

    Bukti sejarah yang diandalkan Israel lemah dan mengandung kontradiksi yang dapat melemahkan klaim kepemilikan mereka sepenuhnya.



* Asim An-Nabih,  20/3/2017 “Kelayakan Sejarah Tentang Palestina 1-3”, www.aljazeera.net, https://bit.ly/42yYE42, diterjemahkan oleh Khalidmu www.https://englisc-trans.blogspot.com/, artikel ini merupakan materi dalam diskusi live Zanki Academy, pada 11/02/2022.

Share:

Apa Ruginya Jika #Yaman Menutup Bab Al-Mandab?


Oleh: Saleh Awad

Tiba-tiba kita sadar bahwa kita memiliki laut dan koridor yang menjadi pintu gerbang dunia. Kita menjadi tahu bahwa kita dapat mempengaruhi perekonomian global dan menantang sistem internasional secara eksistensial ketika sistem tersebut bersikeras untuk mengusir kita dari lingkaran eksistensial. Tiba-tiba urgensi Laut Merah, Laut Arab, Selat Bab Al-Mandab, Selat Hormuz, dan Selat Gibraltar menjadi terlihat jelas. Mungkin penemuan ini merupakan salah satu keberkahan “Tofan Al-Aqsa” bagi orang-orang yang meyakini berada senasib... dua selat Arab yang dilalui lebih dari 80 persen minyak yang diangkut melalui laut ke seluruh dunia... dan pengangkutan ini bersumber dari negara-negara Arab dan Muslim yang disatukan oleh geografi yang cerdik di tengah-tengah dunia dengan warisan peradaban besar dan homogenitas populasinya yang tidak dimiliki oleh dunia bagian lain yang mengendalikan nasib umat manusia dan potensi perkembangannya... Namun sayang hal itu  tiada, lumpuh, dan dibuat dungu….. Hingga datang “Tofan” menyingkap aurat kita, membuka mata betapa besarnya rencana musuh menjauhkan kita dari diri kita sendiri.

Kita dilucuti dari semua elemen Kekuatan:

Sٍiapa yang sadar sebelum terjadinya “Tofan” bahwa: kita memiliki kunci-kunci perekonomian global dan pergerakan perdagangan global; bahwa satu kekuatan kecil umat ini, jika bergerak membebaskan diri dari ikatan-ikatannya mungkin untuk mengendalikan perekonomian dunia, dan mengguncangnya secara mendalam... Itulah dia “Tofan”: menyoroti hakekat minyak, tempat-tempat perlintasannya di laut, produksi domestik bruto, dan belanja musuh, menyoroti berbagai perubahan besar dalam karakteristik data internasional dan regional, dan perubahan misi berbagai institusi atau lembaga dan kebijakan-kebijakannya.

Ketika Umat ini berubah menjadi sekedar arsip di atas meja para pengambil keputusan kolonial Barat, yang alur ceritanya digambar oleh antrian para orientalis spesialis, prosesnya yang komprehensif adalah untuk menyingkirkan kita dari panggung peradaban kehidupan jika bukan secara eksistensial. Mereka membidik jati diri peradaban kita dan afiliasi kita.

Maka mereka memaksakan cakrawala para elit sekuler yang terdistorsi, yang akarnya tercerabut dan persepsinya terdistorsi, serta terkait dengan lembaga-lembaga kolonial, untuk merusak hal-hal yang sakral, mengepungnya, dan melenyapkannya dari sumber pedoman, syariah, dan nilai-nilai. Mereka dengan sengaja menjarah sumber daya alam kita agar itu menjadi sebab kemajuan material mereka dan produksi senjata yang kembali kepada kita secara lebih mematikan dan menghancurkan. Dan mereka membidik kita secara geografis dan mencerabut persendiannya dengan dalih itu adalah titik-titik lokasi aktivitas internasional. Kita dapat menemukan kemustahilan slogan-slogan ini ketika kita membayangkan bahwa Amerika mempunyai hak untuk bercokol di Teluk Arab, Laut Arab, atau Laut Merah... dan ketika Bab Al-Mandab dan Selat Hormuz menjadi persimpangan bag kapal-kapal yang memusuhi keamanan nasional kita dan memerangi rakyat kita.

Segala sesuatu diperbolehkan di negara kita dan diatur oleh kepentingan para kapitalis besar yang jahat yang mengendalikan realitas kemanusiaan melalui perusahaan-perusahaan raksasa, Bank Sentral AS, Dana Moneter Internasional dan lembaga-lembaga afiliasi lainnya yang tunduk pada sistem kapitalis yang menciptakan peperangan demi  peperangan, wabah penyakit dan pembunuh umat manusia untuk mendapatkan kendali yang lebih besar dan untuk menciptakan dunia sesuai dengan suasana hati dan visi ideologisnya.

Tidak ada lagi Islam yang tersisa untuk kita. Mereka telah menciptakan banyak Islam untuk kita, tidak hanya ISIS dan kelompok teroris, tetapi bahkan kelompok moderat atau Islam yang dimodifikasi dan dikemas. Mereka telah mengikat Islam dengan tali perbudakan, jauh dari gerakan orisinil yang tumbuh dari dasar pemikiran dan manhajnya. 

Islam kembali menjadi sesuatu yang asing yang sulit berdiri tegak di atas kakinya, dan tidak ada lagi persatuan bangsa Arab yang tersisa bagi kita setelah mereka merasukinya dengan nilai-nilai disintegrasi, labilitas, dan rekonsiliasi dengan musuh di bawah pengaruh penipuan dan ilusi untuk melindungi entitas politik yang ada, bagaimanakah kita bisa menjelaskan keluhan orang-orang Arab tentang ketidakadilan yang menimpa saudara-saudara mereka di Palestina yang mengancam mereka dengan pemusnahan, disaat jutaan orang Arab tidak menanggapi permintaan tolong mereka.. Kita tidak lagi memiliki kekayaan kecuali sekedar nama di negara-negara Arab dan Islam yang Allah telah anugerahkan dengan kekayaan  alam, namun rakyat kita hidup dalam kemelaratan, kemiskinan, kelaparan, penyakit, kebodohan, dan keterbelakangan yang tidak pantas.

Ini adalah proses perencanaan yang kompleks yang tidak berhenti pada tingkat tertentu, namun mempengaruhi seluruh komponen pribadi kita, termasuk agama, bahasa, dan kemampuan material kita, sehingga mendiskualifikasi kita di masa depan. entitas Z10n1s berada di tengah-tengah negara Arab yang paling suci dan paling diberkati merupakan tantangan paling berbahaya yang harus dilalui dengan pengawasan fisik bangsa Arab yang mati rasa. Setiap kali dia mencoba untuk bangkit demi Palestina atau demi memperjuangkan kebebasan, kemerdekaan, kedaulatan dan persatuan maka dia akan dilanda guncangan hebat oleh setrum listrik yang menakutkan  sebagaimana yang sudah terjadi di Irak dan Libya.. Dari sini, dampak dari aksi “Tofan Al-Aqsa”  dapat dilihat.. Sampai dimanakah lokasi yang dapat dijangkaunya dan hingga ketingkat mana?

Ekonomi Global dan Bab al-Mandab:

Perekonomian Amerika, Barat, dan negara Z10n1s tidak hanya menghadapi krisis, namun juga tantangan besar yang akan melemahkan fondasi perekonomian dan melemparkan batu-batu besar ke jalan yang ditempuhnya. Gerakan perdagangan internasional tidak siap menghadapi gejolak besar ini.

Ada pihak-pihak yang akan bangkit kembali dan mencabut pengepungan yang tidak akan bisa dicabut jika bukan karena “Tofan”, seperti yang terjadi pada minyak Venezuela dan minyak Iran. Ini adalah transformasi dan berdampak besar terhadap perekonomian dunia.

Di sini, kita harus menyoroti pentingnya geostrategis Laut Merah, karena Laut Merah merupakan laut kecil Arab yang istimewa, dan di tepinya terdapat Palestina, Mesir, Sudan, Djibouti, Somalia, Yaman, Arab Saudi, dan Yordania yang merupakan rute navigasi paling penting di dunia, menghubungkan tiga benua Afrika, Eropa, dan Asia. Terusan Suez di utaranya merupakan arteri navigasi yang yang sangat penting secara strategis di dunia Internasional... karena menawarkan penghematan waktu dan biaya... Namun semua hal penting itu, sebagian besar terkait dengan Bab Al-Mandeb. Presiden Mesir menyatakan bahwa kondisi di Bab Al-Mandab saat ini telah memangkas setengah pendapatan dari Terusan Suez.

Bab Al-Mandab terletak di titik yang strategis di selatan Jazirah Arab, dengan lebar18 mil lepas pantai dimana pada titik tersempitnya menyulitkan pergerakan kapal tanker. Oleh karena itu, dibatasi dua saluran untuk kapal kargo masuk dan keluar, dibagi dengan Pulau Perim. Selat ini memiliki urgensi militer yang besar dalam perang tahun 1973, ketika angkatan laut Yaman dan Mesir menutup Bab Al-Mandab bagi kapal-kapal Amerika dan Z10n1s dalam tempo 6 bulan berturut-turut.. Menurut informasi energi Amerika, ini adalah koridor yang dilintasi kapal-kapal dengan 12 persen lebih pasokan minyak global dan 8 persen gas cair, serta 40 persen volume perdagangan antara Asia dan Eropa.

Perusahaan-perusahaan transportasi laut mendapat pukulan telak di Laut Merah akibat intervensi Yaman yang menghentikan pasokan via laut kepada entitas Zionis sepanjang masih terjadi terus agresi terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza. Kemudian konfrontasi ini terus berkembang hingga melibatkan kapal-kapal dan kapal perusak Amerika dan Inggris yang melakukan intervensi untuk mengamankan kapal-kapal yang menuju ke negara Z10N15. Tanggapan Amerika ini sudahlah cukup untuk mengungkap niat tersembunyi Amerika yang tidak mau menghentikan agresi Z10N15 ke Jalur Gaza.

Posisi praktis Yaman memiliki peran yang jelas dalam mengubah Eilat menjadi pelabuhan hantu yang sepi dari pergerakan apa pun. Perusahaan transportasi laut bergegas menghindari melewati Bab Al-Mandab dan mengalihkan rute mereka, sehingga melipatgandakan waktu sampainya hingga tiga kali lipat ke pelabuhan-pelabuhan Palestina yang dijajah. Dengan demikian, kapal yang biasanya membutuhkan waktu sepekan untuk mencapai pelabuhan Palestina yang dijajah, kini membutuhkan waktu lebih dari 3 pekan.

Situasi keamanan ini  telah mendorong perusahaan asuransi untuk mengenakan biaya tambahan untuk peti kemas, dan biaya tersebut telah mencapai sekitar 65 persen dari nilai kapal, sejalan dengan biaya perjalanan dan durasi kedatangan yang meningkat berlipat ditambah dengan risiko perang, selain juga berlipat-lipatnya pekerjaan di pelabuhan karena situasi saat ini, terutama yang berkaitan dengan koordinasi. Pihak Otoritas Pajak negara Z10N15 menyatakan akan memberikan kompensasi kepada kapal-kapal yang mengalami kerusakan akibat perang sebesar 100%.

Di tingkat internasional, banyak perusahaan pelayaran telah mengubah haluan mereka, yang terbaru adalah perusahaan Inggris BP, yang menghentikan pengirimannya melalui Laut Merah, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai pasokan minyak global. Sama dengan perusahaan pelayaran peti kemas Perancis CM.AC.. Dalam iklim semacam ini, biaya pengiriman ke Asia naik menjadi 182 persen, sehingga asuransi kapal meningkat dari 30 ribu dolar menjadi 83 ribu dolar per hari.

Pasar minyak dan gas terguncang dalam iklim yang bergejolak dan kekacauan ini akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global, yang menyebabkan penurunan permintaan. Pada tahun 2022, minyak mencapai $100 per barel akibat krisis Ukraina, namun mengalami penurunan pada tahun 2022. pada tahun 2022, mencapai $80 per barel... kenaikan itu terjadi akibat keterlambatan yang terjadi saat ini akibat dari kekhawatiran mengenai pasokan dan keterlambatannya dan karena kecenderungan Rusia terkini untuk mengurangi produksinya lagi. 

Demikianlah kesalahan-kesalahan geopolitik ini menjadi sumber yang mendorong naiknya harga minya. Hal ini mendorong Amerika untuk mencabut sanksi terhadap minyak Venezuela, sehingga Venezuela akan memproduksi satu juta barel per hari. Ini berarti ketidakstabilan yang akan terjadi, dalam waktu singkat, yaitu penurunan harga minyak minyak sebagai imbalan atas penurunan permintaan dalam realitas krisis ekonomi yang terjadi berturut-turut akibat virus 5Corona dan krisis Ukraina. Krisis Bab Al-Mandab mengacak-acak panggung secara keseluruhan, seperti yang dikatakan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva: “Perang di Gaza dan pelebarannya telah merugikan perekonomian Timur Tengah dan Afrika Utara” dengan jelas menunjukkan bahwa “perang yang berkepanjangan akan menimbulkan konsekuensi negatif yang mencakup perekonomian global.”

Alternatif Bab al-Mandab:

Bab Al-Mandab adalah pintu gerbang penyeberangan ke banyak pelabuhan yang melapisi pantai Laut Merah, dan dengan terkuncinya ia bagi kapal-kapal Z10n1s atau kapal yang menuju ke negara Z10n1s, serta kapal-kapal Amerika dan Inggris, hal ini akan berdampak langsung pada pergerakan perdagangan dengan negara-negara yang berbatasan dengannya. Beberapa jenis perdagangan dengan kawasan ini atau perdagangan internasional yang melintas dari Terusan Suez  akan mengalami kelumpuhan

Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan besar, serta negara-negara, secara regional dan global, sedang memikirkan alternatif selain Bab Al-Mandab, yaitu alternatif selain Terusan Suez... dimana pemikiran dan upayanya adalah mengambil jalur Tanjung Harapan, 3.500 mil jalur laut, konsekuensi tingginya biaya yang muncul.

Ada upaya dari berbagai negara untuk mencari alternatif selain Terusan Suez, sementara Rusia mempromosikan Laut Utara sebagai alternatif dari Terusan Suez, yang merupakan koridor komersial yang membentang di sepanjang pantai Siberia... namun tetap menjadi koridor marjinal dan sekunder yang tidak bisa menjadi alternatif dari Terusan Suez.

Iran juga mencari alternatif melalui pelabuhan Chabahar, yang mewakili hubungan dengan India dan merupakan alternatif untuk mengangkut barang ke Eropa melalui Iran dalam waktu 20 hari dengan biaya yang relatif rendah. Namun, dalam praktiknya, Iran menghadapi tantangan logistik dan politik yang kompleks. Ini juga tidak bisa menjadi alternatif pengganti Terusan Suez dan kapal-kapal minyak dan gas yang melintasinya.

Turki juga mempertimbangkan alternatif melalui koridor transportasi yang membentang dari pelabuhan Al-Faw di Basra di Irak hingga pelabuhan Mersin di Turki, yang menghubungkan Timur ke Barat. ...tetapi hal ini masih belum praktis, belum terjamin, dan terkait dengan kondisi politik dan keamanan yang rumit sehingga menjadikannya lebih dekat kepada khayalan dibanding kenyataan. Hal ini semua menjadikan Bab Al-Mandab dan Terusan Suez sebagai pilihan terbaik, meski Mesir menderita kerugian akibat kondisi saat ini.

Namun semua alternatif ini berada dalam lingkup harapan negara-negara ini, dan alternatif tersebut tidak memiliki kapasitas yang bisa ditampung ditampung oleh Terusan Suez, yang tetap menjadi koridor strategis yang sangat diperlukan, yang merupakan arteri dasar dalam menghubungkan Timur dengan Barat. Oleh karena itu, koridor Bab al-Mandab akan tetap eksis dengan urgensi strategis-istimewa-terdepan.

India tidak terlambat bekerja sama dengan entitas Z10n1s dalam merencanakan koridor perairan yang dimulai dari Eilat dan berakhir di Laut Mediterania di sekitar Gaza, dan ini adalah ancaman paling berbahaya bagi Terusan Suez. Akan tetapi proyek ini akan menghadapi ancaman terus-menerus karena terkait dengan Bab al-Mandab, dan juga karena dia terletak di dalam lingkaran konfrontasi keamanan di kawasan ini. Hal yang menjadikan memikirkannya saja bak bertualang di telapak tangan setan... sehingga ini akhirnya akan bergantung pada situasi keamanan di Bab al-Mandab.

Kata Terakhir:

Apakah mungkin mengaktifasikan kartu kekuatan di tangan kita? Pertanyaan ini muncul karena upaya Yaman untuk mengendalikan Bab al-Mandab, yaitu pintu gerbang Laut Merah dan Laut Arab. Kekuatan militer Yaman telah membuktikan eksistensinya yang efektif dalam mencegah kapal-kapal yang menuju ke entitas Z10n1s dan bahkan mampu melawan serangan kapal perusak Amerika dan Inggris di laut. 

Yaman mampu menciptakan keistimewaan dan mempenetrasi kondisi Arab yang santai dan lembek, serta ketabahan rakyat Palestina dan kehebatan perlawanan mereka menjadi pelajaran besar bagi bangsa Arab, dengan keistimewaan budaya dan poliik mereka dan bahkan dengan bala tentara mereka, agar tidak takut kepada pada entitas Zionis, karena ini hanyalah sebuah tipu daya yang besar. Tepatnya, aksi Yaman ini muncul untuk memberitahu negara-negara Arab yang besar, juga bala tentaranya dan persenjataannya bahwa kita dapat mempertahankan kehormatan dan kesucian kita dan mengusir tirani. Maka inilah dia Yaman negeri Arab yang terancam dan kehabisan tenaga melawan Amerika dan Inggris dari atas satu kakinya..

Keterlibatan Yaman dalam konfrontasi untuk membela Jalur Gaza mencerminkan ikatan darah, agama, kehormatan, kebebasan dan martabat. Inilah sebabnya sejarah akan mencatat bahwa Yaman telah maju pada hari ketika banyak yang ragu-ragu dan banyak yang berkhianat, dan Allahlah Pemenang atas perkara-Nya. (Diterjemahkan oleh #khalidmu https://englisc-trans.blogspot.com/2024/02/apa-ruginya-jika-yaman-menutup-bab-al.html pda 25/02/2024 dari  sumber:  https://bit.ly/3T8K8Ny)


Share: