Youtube Channel

About

Selamat datang di Blog Analis Palestina yang mengkhususkan diri pada opini, penerjemahan informasi dan analisa terkini terkait perkembangan yang terjadi di Palestina dan sekitarnya. Email: khalidmusholla@gmail.com

Kamis, 29 Februari 2024

Masa Depan Ikhwanul Muslimin di Mesir Pasca Pertemuan-TT Sisi-Erdogan

Oleh Mahmoud Hassan 

Pasti sulit bagi anggota Ikhwanul Muslimin menyaksikan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu musuh bebuyutan gerakan tersebut, Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi, pada pertemuan puncak bilateral di Kairo dua pekan lalu. KTT ini merupakan langkah penting menuju rekonsiliasi Turki-Mesir. Hal ini terjadi setelah satu dekade keterasingan sejak kudeta Juli 2013 yang dipimpin oleh Sisi, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan Mesir. Dia menggulingkan Almarhum Presiden Mohamed Morsi dan melancarkan penindasan paling brutal terhadap anggota Ikhwanul Muslimin sejak didirikan pada tahun 1928.

Meskipun Erdoğan memberikan dukungan yang besar kepada gerakan tersebut – dengan menawarkan perlindungan kepada para pemimpinnya di tanah Turki, memberikan ratusan anggotanya kewarganegaraan Turki, dan menjadi tuan rumah bagi saluran media mereka – upaya baru-baru ini untuk memulihkan hubungan antara Ankara dan Kairo tidak begitu disambut baik.

Menarik kesimpulan dari apa yang terjadi menyingkap variabel-variabel yang tentunya tidak berpihak pada Ikhwanul Muslimin. Saat ini dia mengalami perpecahan internal dan mendapatkan pukulan yang menyakitkan dengan ditangkapnya pemimpin mereka, Mohamed Badie, dan dua wakilnya, Khairat Al-Shater dan Mahmoud Ezzat, bersama dengan ribuan kadernya, wakil parlemen dan tokoh-tokoh terkemuka di seluruh Mesir.

Dengan berakhirnya perpecahan politik antara Turki dan Mesir, dan meluasnya perpecahan antara Doha dan Kairo pada tahun 2021, gerakan ini menghadapi pelemahan regional. Hal ini meningkatkan tekanan terhadapnya, memperburuk keadaannya, dan menimbulkan ancaman nyata, karena gerakan ini terpojok dengan pilihan dan teman yang sedikit.

Pergeseran kebijakan Turki terhadap Mesir menciptakan krisis bagi Ikhwanul Muslimin, karena mereka mengangkat isu kewarganegaraan yang diberikan kepada beberapa pemimpinnya, dengan pembicaraan mengenai pelanggaran, serta peninjauan kembali oleh pihak berwenang Turki. Para pengamat percaya bahwa akan ada pengurangan kehadiran Ikhwanul Muslimin di Turki, atau mungkin tekanan untuk memindahkan beberapa pemimpin mereka, yang dicari oleh pemerintah Mesir, ke ibu kota Eropa. Langkah-langkah yang dapat diambil juga mencakup pembatasan aktivitas anggota, dan penolakan untuk memperbarui izin tinggal sebagian dari mereka, serta melarang media atau aktivitas politik apa pun yang memusuhi Kairo.

Segalanya mungkin akan meningkat sampai pada pencabutan kewarganegaraan Turki bagi beberapa pemimpin Ikhwanul Muslimin karena adanya dugaan pelanggaran hukum dalam prosedur pemberian kewarganegaraan Turki kepada mereka. Ini adalah masalah sensitif yang diawasi oleh Menteri Dalam Negeri baru Ali Yerli Kaya, yang berjanji setelah menjabat pada Juni lalu untuk memerangi imigrasi ilegal, mendeportasi imigran ilegal, dan mengontrol data pengungsi dan penduduk asing di wilayah Turki.

Sejak Juli tahun lalu, kampanye meluas, khususnya di Istanbul, telah membidik semua imigran yang memasuki negara tersebut secara ilegal atau melalui jaringan penyelundupan. Namun, menurut Kaya, hal itu tidak menyasar kelompok atau kebangsaan tertentu.

Menurut salah satu pejabat senior Ikhwanul Muslimin yang berbicara kepada Middle East Monitor dengan syarat anonimitas, isu pencabutan kewarganegaraan pemimpin gerakan tersebut, Mahmoud Hussein – yang tinggal di Istanbul – telah diangkat sebelum kunjungan Erdogan ke Mesir. Namun, media yang berafiliasi dengan UEA dan Arab Saudi mengangkat masalah ini pada saat yang sensitif, dalam upaya untuk menghubungkan kunjungan tersebut dengan langkah-langkah baru yang sedang diterapkan. Dia menunjukkan bahwa urusan imigrasi secara umum merupakan agenda utama pemerintah Turki dan tidak ditujukan hanya untuk pejabat Ikhwanul Muslimin.

“Memang benar ada yang kehilangan kewarganegaraannya, tapi bukan karena tergabung dalam Ikhwanul Muslimin,” jelas sumber tersebut. “Itu karena ada celah hukum dalam kasus mereka dan dokumen yang tidak lengkap. Tidak ada seorang pun yang dideportasi dari Turki kecuali kasus Muhammad Abdel Hafeez, pemuda yang dijatuhi hukuman mati dan dideportasi ke Mesir pada Februari 2019. Insiden tersebut diinvestigasi oleh Turki.”

Seorang anggota Dewan Syura Ikhwanul Muslimin, Medhat Al-Haddad, membantah bahwa Hussein telah dicabut kewarganegaraan Turkinya setelah Erdogan kembali dari Mesir. Ia mengaku ada kesalahan teknis terkait informasi dan detail yang seharusnya diberikan.

Skenario yang lebih mungkin terjadi adalah permintaan untuk memindahkan beberapa pejabat senior gerakan itu ke wilayah lain di Eropa tanpa menyerahkan satupun dari mereka ke Mesir. Pihak lain mungkin mempunyai status hukum, dan ruang politik dan media yang diberikan kepada Ikhwanul Muslimin mungkin akan dikurangi, sehingga membatasi aktivitasnya, dan pada saat yang sama memberikan prioritas untuk mengurangi masalah dengan Mesir.

Dua saluran media yang mewakili oposisi Mesir, Al-Sharq dan Watan, mengudara dari Turki, sedangkan saluran Mekamelin terpaksa menutup kantornya di sana. Pihak berwenang Turki telah meminta tokoh media Moataz Matar dan Mohamed Nasser untuk tidak menyerang Al-Sisi dan keluarganya, yang mendorong mereka untuk memindahkan program mereka keluar dari Turki, menurut sumber di ketiga saluran tersebut.

Kami yakin bahwa cara Turki menangani masalah Ikhwanul Muslimin akan membawa kemajuan yang dicapai dalam hubungan antara Ankara dan Kairo, dan tidak akan membiarkan adanya perluasan gerakan yang menentang rezim Sisi dan telah dicap oleh Mesir sebagai kelompok “teroris” sejak Desember 2013.

Hasil dari kunjungan Erdogan ke Kairo, jadwal kunjungan Al-Sisi ke Ankara pada bulan April dan pertemuan Dewan Kerjasama Strategis tingkat tinggi Turki-Mesir akan memberikan tekanan pada Ikhwanul Muslimin, yang mungkin akan menyebabkan isolasi lebih lanjut dan kemunduran politik. Namun, hal ini mungkin mendorong Turki untuk menjadi lebih fleksibel dan mengadopsi pendekatan pragmatis serta mengekspresikn pemahaman baru yang memungkinkan Turki menyelesaikan masalahnya dengan Mesir, terutama karena Turki tidak lagi memberikan tekanan apa pun turun (berdemo) di jalan-jalan Mesir. Gerakan ini juga mengalami perpecahan internal dan keruntuhan proyek politiknya di Mesir dan negara-negara tetangga.

Peneliti politik Mesir, Mohamed Shehab, memaparkan pandangannya bagi masa depan yang dapat dibangun untuk menyelesaikan krisis ini. Hal ini mencakup penarikan dirigerakan ini dari pentas politik; tidak mencalonkan diri dalam pemilihan presiden atau parlemen untuk jangka waktu tertentu; menempatkan aset dan sumber dayanya di bawah pengawasan instansi terkait; dan menyetujui legitimasi lembaga-lembaga negara Mesir.

Sebagai imbalannya, Shehab menyarankan, rezim Mesir dapat membebaskan ribuan tahanan, membatalkan hukuman mati dan hukuman seumur hidup, dan mengadili kembali para pemimpin kelompok tersebut di pengadilan sipil yang memenuhi standar internasional, sehingga membuka jalan bagi penerapan rekonsiliasi nasional yang komprehensif. Semua ini dilakukan dengan syarat diimplementasikannya rekomendasi Dewan Nasional Hak Asasi Manusia yang dikeluarkan pada bulan Maret 2014.

Dalam laporannya mengenai pembubaran aksi protes Rabaa dan Nahda yang dilakukan oleh pendukung Morsi dan Ikhwanul Muslimin pada tanggal 14 Agustus 2013, Dewan menyerukan dilakukannya penyelidikan yudisial yang independen, dan kompensasi bagi semua korban bentrokan bersenjata yang terlibat dalam aksi tersebut yang tidak terbukti melakukan tindakan kekerasan. Resolusi ini juga menyerukan semua kekuatan politik dan pemerintah untuk menghentikan dan menolak tindakan kekerasan dan kontra-kekerasan, serta menghormati hak asasi manusia dan supremasi hukum.

Masuk akal bagi sebagian orang untuk meragukan kemungkinan skenario ini menjadi kenyataan, namun kepentingan mungkin saja lebih unggul. Hal ini dapat dilakukan jika Turki berhasil meyakinkan Mesir untuk mengadopsi kebijakan yang tidak menimbulkan masalah, atau jika Turki berhasil mendorong Ikhwanul Muslimin untuk menunjukkan fleksibilitas politik yang lebih besar dengan mempertimbangkan kenyataan yang ada, terutama ketika kelompok tersebut kehilangan pengaruh politik dan jaringan pengaruhnya secara internal dan eksternal.

Seorang aktivis Hak Asasi Manusia Mesir percaya bahwa apa yang terjadi sejauh ini adalah pemulihan hubungan dan pengutamaan kepentingan di atas perbedaan sehingga tercapai tujuan keregaraan Mesir dan Turki. Dia mengesampingkan penyerahan para pemimpin kelompok tersebut ke Mesir atau pencabutan kewarganegaraan mereka. “Sekarang keputusan berada di tangan Ikhwanul Muslimin jika mereka ingin mendapatkan kembali pengaruhnya dalam politik,” tambahnya, menyerukan gerakan tersebut untuk mengatasi masalah perpecahan internal dan mengakhirinya, memulihkan keseimbangan politik, dan memperbarui wacana media.

Negara Mesir bukan hanya Al-Sisi, dan kini sedang  terkepung dan melemah, serta rakyat dan mata uangnya menderita. Jadi, akankah Ikhwanul Muslimin setuju untuk mengambil alih kekuasaan dalam kondisi negara yang  lemah, kehabisan tenaga, dan bergantung?

Secara realistis, kehadiran Ikhwanul Muslimin, baik di dalam maupun luar negeri, tidak lagi menjadi ancaman bagi rezim Mesir, dibandingkan dengan beberapa tahun pertama setelah kudeta militer. Realistis juga bahwa Mesir, mengingat masa jabatan presiden ketiga Al-Sisi yang akan menjadikannya presiden hingga tahun 2030, dan krisis ekonomi yang memburuk, lebih perlu untuk mengatasi permasalahan baik di dalam maupun luar negeri. (Diterjemahkan oleh khalidmu, https://englisc-trans.blogspot.com/2024/02/masa-depan-ikhwanul-muslimin-di-mesir.html - Sumber: Middle East Monitor, tgl 27/02/2024, https://bit.ly/49yOJ16)


Share:

Rabu, 28 Februari 2024

Peristiwa Isra' Rasulullah Sallallah 'Alaihi Wasalam

Oleh: Dr. Hamam Abdur Rahim Said & Dr. Haitsam Abdul Ghafur Shabri [Sumber: Kitab: Al-Arba'uun fii furudh-il-Ummah, hal. 168, hadits ke-30, diterjemahkan oleh: I. Cholid] 


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Sallallah 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh aku telah melihat diriku di Hijir saat Quraisy bertanya kepadaku tentang tempat peristiwa Isra’. Mereka menanyakan kepadaku hal-hal tentang Bait Al-Maqdis yang aku kurang menguasainya. Maka diriku ditimpa kesusahan yang belum pernah terjadi dalam hidupku sebelumnya", beliau bersabda: "Maka Allah mengangkatnya (Bait Al-Maqdis) tinggi-tinggi untukku agar aku bisa melihatnya. Tidaklah mereka menanyakan sesuatu kecuali aku mampu memberitahu mereka tentangnya. Sungguh aku telah melihat diriku di dalam jamaah para Nabi. Tiba-tiba Musa berdiri shalat, seseorang dengan perawakan sedang, keriting, seakan dia laki-laki dari suku Syanu'ah. Kemudian Isa bin Maryam 'alaihis salam berdiri shalat, orang yang paling mirip dengannya adalah 'Urwah bin Mas'ud Al-Tsaqafi. Kemudian Ibrahim 'alaihis salam berdiri shalat, orang yang paling serupa dengannya adalah sahabat kalian - yaitu diri beliau - maka tibalah waktu shalat maka aku mengimami mereka. Tatkala aku telah selesai shalat ada seseorang yang berkata: Wahai Muhammad, ini adalah malaikat penjaga neraka, berilah salam kepadanya, maka aku berputar kepadanya, maka dia telah mulai menyalamiku." (H.R.Muslim: 172) 

Kata-kata Asing: 

اإلسراء 

Isra': perjalanan pada waktu malam 

الحجر 

Hijir: dia adalah bagian luar dari dinding Ka'bah, berbentuk setengah lingkaran dan dinamakan "Hijir Isma'il" yaitu bagian dari Ka'bah 

كربة 

Kurbah: dari kata al-karb yang berarti kesedihan dan kesusahan 

ضرب: الضرب: الرقيق 

Dharb: Al-dharb: Al-raqiiq, adalah seseorang di antara dua orang yang banyak berdaging (gemuk) dan seorang yang sedikit dagingnya (kurus). 

جعد 

Ja'd yaitu keriting rambutnya, dia lawan lurus, karena berambut lurus kebanyakan ada pada rambut orang non-Arab. 

شنوءة 

Syanu'ah: desa di Yaman 

Makna Global Hadits 

Peristiwa Isra' Nabi Sallallah 'alaihi wasallam ke Bait Al-Maqdis 

Allah Ta'ala berfirman: 


سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ 

Maha Suci Dia Yang telah memperjalankan hamba-Nya pada satu malam dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsa yang Kami telah berkahi di sekelilingnya untuk Kami perlihatkan padanya sebagian dari ayat-ayat Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Q.S. Al-Isra':1) 

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: Allah Ta'ala memuliakan Diri-Nya, dan mengagungkan Diri-Nya Sendiri, atas kekuasaan-Nya yang tak seorangpun selain-Nya mampu melakukannya, maka tiada Tuhan selain-Nya "Yang Memperjalankan hamba-Nya" yaitu Muhammad shallallah 'alaihi wasallam "pada suatu malam" yaitu di kegelapan malam "dari Masjid Al-Haram" dan dia adalah Masjid di Makkah "ke Masjid Al-Aqsha" dan dia adalah Bait Al-Maqdis yang berada di Eliaa. 

Peristiwa Isra' Rasulullah sallallah 'alaihi wasallam terjadi pada tahun ke-10 kenabian setelah wafatnya istri beliau Khadijah radhiyallahu 'anha, dan wafatnya paman beliau Abu Thalib. Tahun itu dikenal dengan Tahun Duka Cita, Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala berkehendak menghilangkan kesedihan Rasul-Nya sallallah 'alaihi wasallam dengan mu'jizat ini dan tanda-tanda-Nya yang Agung, maka Allah perjalankan raga dan ruh beliau pada malam hari dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha, mewajibkan kepada beliau dan umatnya dalam peristiwa itu shalat lima waktu. Pada malam itu Nabi sallallah 'alaihi wasallam sedang menginap di rumah Ummu Hani' putri Abu Thalib paman beliau. Beliau kala itu dikelilingi oleh dua orang laki-laki dari keluarganya seperti dijelaskan dalam riwayat dalam Shahih Bukhari. 

Konflik antara Umat Islam dan Bani Israel 

Tercatat bahwa peristiwa Isra' terjadi di Makkah sebelum Hijrah. Kala itu konflik yang terjadi adalah antara Nabi sallallah 'alaihi wa sallam dan kaum Musyrikin dan tidak ada konflik antara beliau dengan orang Yahudi. Ini dari satu sisi dan dari sisi lain konflik kala itu seputar Masjid Al-Haram, dan Masjid Al-Aqsa tidak ada dalam tema konflik. Bahkan Nabi sallallah 'alaihi wasallam saat itu berharap orang-orang Yahudi menerima da'wah dan risalah kenabiannya karena mereka sedang menanti-nantinya dan meminta pertolongan kepada beliau dari orang-orang Musyrik. Akan tetapi Surah Al-Isra' yang telah mengabadikan peristiwa ini menjelaskan bahwa konflik yang sesungguhnya bukanlah dengan orang-orang Musyrik, akan tetapi dengan orang-orang Yahudi, bukan seputar Masjid Al-Haram akan tetapi seputar Masjid Al-Aqsha. Oleh karena itu ada tambahan pembicaraan dari perjalanan Isra' dalam surah ini dengan pembicaraan tentang kerusakan Bani Israel dan pertarungan mereka, dan penjelasan tentang sifat-sifat orang yang memerangi mereka, dan mengalahkan mereka. Mereka adalah Umat Islam para pengikut Nabi Muhammad sallallah 'alaihi wasallam. Maka kerusakan

mereka yang pertama terjadi pada zaman Nabi sallallah 'alaihi wasallam, maka beliau memerangi mereka dan mengusir mereka dari Madinah. Dan kita sekarang hidup di zaman ini yaitu kerusakan mereka yang kedua, kita akan memerangi mereka dan mengalahkan mereka dengan izin Allah. Meski demikian Allah Ta'ala telah mengancam bahwa jika mereka kembali dalam kerusakannya maka Allah akan kembali menghancurkan dan membinasakan mereka. 

Hadits-hadits telah menjelaskan bahwa mereka akan menjadi bagian dari pengikut-pengikut Dajjal di akhir zaman, dan Isa 'alaihis salam akan memerangi mereka dan akan menghabisi mereka. 

Pendustaan Quraisy atas Peristiwa tersebut dan Pembenaran Allah Terhadap Rasul-Nya sallallah 'alaihi wasallam 

Nabi sallallah 'alaihi wasallam telah memberitahukan Quraisy peristiwa mu'jizat ini. Maka mereka bereaksi dengan mendustakan dan memperolok-olok beliau. Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala memperlihatkan kepada beliau Bait Al-Maqdis hingga tersingkaplah penghalang antara beliau dengannya, maka terlihat dengan mata kepala beliau Bait Al-Maqdis tergambar di depannya, maka beliau menggambarkannya dengan sangat detail, hingga orang yang pernah datang ke Bait Al-Maqdis dari mereka mengakui gambaran detail beliau. Dan ini adalah merupakan bentuk mu'jizat lainnya. 

Imam Bukhari telah meriwayatkan no. 3886, dan Imam Muslim 276 dari Jabir bin Abdullah radhiyallah 'anhuma, bahwa beliau telah mendengar Rasulullah sallallah 'alaihi wasallam bersabda: 

ما كذبني قريش قمت في الحجر، فجلا الله لي بيت المقدس، فطفقت أخبرهم عن آياته وأنا أنظر إليه

"Tatkala Quraisy mendustakanku, aku berdiri di Hijir, maka Allah memperlihatkan kepadaku Bait Al-Maqdis, maka mulailah aku beritahukan mereka tentang tanda-tandanya dan aku sedang memandangnya." 

Imam Ahmad telah meriwayatkan 5: 2819 dengan sanad shahih dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah sallallah 'alaihi wasallam bersabda: "Tatkala malam aku di-Isra'-kan, dan pagi harinya aku di Makkah, aku tak mampu menguasai diri1, dan aku telah tahu bahwa orang akan mendustakanku." Maka beliau duduk menyendiri bersedih hati, berkata: maka melintasi beliau musuh Allah Abu Jahal, dia datang hingga duduk di samping beliau, maka dia berkata untuk memperolok-olok: Apakah sudah terjadi sesuatu? Maka Rasulullah sallallah 'alaihi wasallam bersabda "Ya", dia berkata: Apa itu? Bersabda: "Sesungguhnya Dia meng-Isra'-kan aku tadi malam" Dia berkata: Kemana? Sabdanya: "Ke Bait Al-Maqdis?" Dia berkata: Kemudian pagi ini engkau sudah berada di tengah-tengah kami? Sabdanya: "Ya". Dia berkata: Dia tidak memperlihatkan sikapnya bahwa dia mendustai beliau, karena takut beliau akan membantah omongannya jika dia telah memanggil kaumnya kepadanya, dia (Abu Jahal) berkata: "Bagaimana menurut pendapatmu jika aku mengundang kaummu untuk engkau sampaikan kepada mereka apa yang engkau telah beritakan kepadaku? Maka Rasulullah sallallah 'alaihi wasallam bersabda: "Ya". Maka dia berkata: Wahai orang-orang Bani Ka'b bin Luay. Maka banyak kerumunan yang bangkit mendatanginya, mereka datang duduk dihadapan keduanya. Dia berkata: Bicaralah kepada kaummu dengan apa yang engkau telah sampaikan kepadaku. Maka Rasulullah sallallah 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya aku telah di-Isra'-kan tadi malam", Mereka bertanya: kemana? Sabda beliau: "Ke Bait Al-Maqdis". Mereka berkata: Kemudian pagi ini engkau telah berada di tengah-tengah kami? Sabdanya: "Ya" Sabdanya: Maka ada yang bertepuk tangah, ada yang meletakkan tangan di atas kepalanya, heran dengan kedustaan yang mereka sangkakan. Mereka berkata: Apakah engkau bisa memberikan gambaran kepada kami Masjid itu? - Di dalam kaum itu ada yang pernah pergi ke negeri itu (Syam), dan telah melihat Masjid Al-Aqsha - Maka Rasulullah sallallah 'alaihi wasallam bersabda: "Maka mulailah aku menggambarkannya, dan terus aku menggambarkannya hingga bercampur kepadaku sebagian penggambaran", beliau bersabda: "Maka didatangkanlah Masjid itu dan aku memandang hingga diletakkan di seberang rumah Iqal, atau Aqil, maka akupun menggambarkan detailnya, pada saat aku memandangnya". Beliau bersabda: "Meski dengan penggambaran itu aku masih juga belum menghafalnya", beliau bersabda: "Maka bangkitlah kaum (Quraisy) : “Adapun penggambaran itu demi Allah dia memang benar". 

Syeikh Abu Muhammad bin Abu Jumroh2 berkata bahwa hikmah dalam Isra' ke Bait Al-Maqdis sebelum beliau bermi'raj ke langit adalah keinginan menampakkan kebenaran untuk melawan orang yang ingin menghentikannya. Karena jikalau beliau bermi'raj dari Makkah langsung menuju langit beliau tidak menemukan jalan mendapat keterangan dan penjelasan atas perlawanan musuh-musuhnya, Tatkala beliau menyebutkan bahwa beliau telah diIsra'kan ke Bait Al-Maqdis mereka menanyakannya tentang informasi beberapa bagian Bait Al-Maqdis yang pernah mereka lihat. Mereka mengetahui bahwa beliau belum pernah melihatnya sebelum itu, maka tatkala beliau memberi tahu mereka tentangnya maka tercapailah pembuktian atas kejujuran dan kebenarannya, dimana beliau menyebutkan peristiwa Isra ke Bait Al-Maqdis dalam satu malam, Jika benar kabar yang beliau sampaikan dalam kejadian itu maka menjadi wajib pembenarannya pada keseluruhan yang beliau telah sampaikan, Hal itu semakin menambah keimanan seorang Mu'min, demikian pula semakin menambah sakit orang yang tidak tahu berterima kasih dan para penentangnya. Telah selesai secara ringkas3

Perjumpaan Nabi sallallah 'alaihi wasallam Dengan Para Nabi dan Informasi Beliau Tentang Mereka dan Beliau Mengimami Shalat Bersama Mereka 

Sungguh Nabi sallallah 'alaihi wasallam telah berjumpa di dalam perjalanan itu saudara-saudaranya dari kalangan para Nabi yang berkumpul di Bait Al-Maqdis maka beliau mengimami shalat bersama mereka di dalamnya. Beliau sallallah 'alaihi wasallam menggambarkan kepada kita sebagian dari para Nabi itu seperti Musa dan Isa dan Ibrahim alaihimus salam. Ini menunjukkan bahwa Bait Al-Maqdis adalah tambatan hati para Nabi, pusat perhatian mereka, dan tempat berkumpulnya keberkahan mereka. Ibnu Katsir rahimahullah berkata: Eliaa adalah perut bumi dimana berasal para Nabi dari asal-usul Ibrahim sang kekasih Allah, oleh karenanya mereka semua dikumpulkan semua untuk baginda Nabi di sana, maka beliau mengimami mereka di tempat asal mereka, dan rumah mereka. Maka ini menunjukkan bahwa beliau adalah Imam yang paling agung, pemimpin yang terdepan, shalawat Allah dan salam-Nya kepada beliau dan kepada semua para nabi. 

Petunjuk Penting Hadits 

1. Hadits ini menunjukkan bahwa peristiwa Isra' termasuk diantara peristiwa paling agung dalam sejarah Islam dan risalah kenabiannya, dimana peristiwa itu mengandung berbagai perkara yang agung. 

2. Bahwa pendustaan orang-orang Kafir Makkah terhadap mukjizat ini dan perolok-olokan terhadap pemiliknya tiada lain kecuali cara atau jalan yang ditempuh oleh musuh-musuh dakwah Islam di setiap zaman. 

3. Apa yang dihadapi oleh Nabi sallallah 'alaihi wasallam dari kesusahan saat orang-orang Kafir mendustakannya adalah sebuah cara atau jalan dari berbagai jalan penderitaan yang menghadang dakwah di setiap zaman. 

4. Peristiwa ini telah menjelaskan kedudukan Bait Al-Maqdis di dalam Islam, dan bahwa dia adalah warisan Rasulullah sallallah 'alaihi wasallam yang merupakan bagian dari keseluruhan risalah dan para rasul. 

5. Mengimaminya Nabi Muhammad sallallah 'alaihi wasallam para nabi dan para rasul menunjukkan bahwa beliau adalah pewaris mereka seluruhnya, dan bahwa beliau adalah pemegang bendera Bait Al Maqdis dan demikian pula umatnya setelahnya. 

6. Adapun meski Bait Al-Maqdis dalam keadaan dijajah oleh orang-orang Yahudi pada saat ini, maka sesungguhnya peristiwa ini semakin mengokohkan perhatian Umat Islam terhadapnya, dan semakin membuatnya berpegang teguh, menjaganya, membelanya, dan berjihad di jalan pembebasannya, dan keharaman melalaikan satu butirpun debu dari tanahnya, atau menegosiasikannya. 

7. Sebagaimana peristiwa ini sesungguhnya semakin menguatkan perhatian para da'i dan ulama yang merupakan pewaris para Nabi agar mereka bangkit menjalankan kewajiban mereka terhadapnya dalam menjelaskan kedudukannya, kewajiban-kewajiban Umat Islam di dalamnya, membangunkan Umat untuk membelanya, dan hukum-hukum syar'i terkait dengannya, keharaman mengabaikannya, kewajiban memerdekakannya dari tangan para perampas.



-----------------------
Catatan Kaki:

1 Kata artinya yaitu lemah, lemar dan merasa khawatir dari kesedihan dan omongan orang.

2 Syeikh Abu Muhammad Abdullah bin Abu Jumroh Al-Maghribiy, tinggal di Mesir. Seorang alim ulama ahli ibadah, orang baik yang terkenal banyak dzikir. Beliau memiliki syarah hadits-hadits pilihan dari Shahih Bukhari. Imam Ibnu Katsir berkata: Dia adalah seorang pengujar kebenaran, penyuruh kebaikan dan pelarang dari kemungkaran. Wafat di Mesir tahun 699 H. Lihat "Al-Bidayah wa An-Nihayah" 13: 408, "Tabshir Al-Muntabih" 11: 375.

3 Lihat “Fathu Al-Bari” 11: 380.
Share:

Selasa, 27 Februari 2024

Perang di Gaza: Sebuah Kekalahan Telak

 Oleh: Pangeran Turki al-Faisal

Meskipun Penjajah-Z memandang peristiwa 7 Oktober sebagai kegagalan keamanan dan intelijen (yang memang benar demikian), itu pada dasarnya merupakan kegagalan politik yang berasal dari arogansi dan keyakinan tidak berdasar yang menyebabkan pengabaian terhadap penderitaan yang dialami masyarakat Gaza yang terkepung.

Di tengah perang biadab yang berkecamuk di Jalur Gaza, kriminalitas Penjajah-Z terus-menerus menyasar nyawa manusia, infrastruktur, dan semua elemen penting yang penting bagi kelangsungan hidup manusia, menunjukkan ketidakpedulian terhadap nilai-nilai, norma, dan hukum kemanusiaan yang dimaksudkan untuk melindungi non-kombatan – termasuk warga sipil, Anak-anak, wanita, orang tua. Rumah sakit, sekolah, dan institusi penting lainnya bagi kehidupan masyarakat juga tidak luput dari kehancuran ini. Tanggapan Penjajah-Z yang tanpa henti dan destruktif terhadap peristiwa 7 Oktober, dimana Hamas dibuat harus bertanggung jawab, apa pun motifnya, melambangkan prinsip-prinsip jahat yang tertanam dalam ideologi Zionisnya.

Ideologi ini tumbuh subur di tengah penjajahan, pembunuhan, pengrusakan, dan pengusiran penduduk asli dari tanah airnya untuk mendirikan negara yang ditopang dengan melanggengkan ideologi-ideologi tersebut. Meskipun Penjajah-Z memandang peristiwa 7 Oktober sebagai kegagalan keamanan dan intelijen (yang memang benar demikian), itu  pada dasarnya merupakan kegagalan politik yang berasal dari arogansi dan keyakinan tidak berdasar yang menyebabkan pengabaian terhadap penderitaan yang dialami masyarakat Gaza yang terkepung. Penjajah-Z melihat adanya peluang di tengah kondisi Tepi Barat yang relatif tenang dan Otoritas Palestina yang dilemahkan untuk melanjutkan agenda mereka dalam melakukan Yahudisasi terhadap Palestina dan situs-situs sucinya. 

Khayalan ini juga menyebabkan Penjajah-Z salah menafsirkan tawaran Arab untuk perdamaian sebagai tanda berkurangnya minat terhadap tujuan utama regional: masalah Palestina. Mereka gagal untuk mengakui bahwa perdamaian, stabilitas, dan keamanan di kawasan bergantung pada penyelesaian masalah ini, bahkan jika mereka menormalisasi hubungan dengan semua negara Arab.  Dengan mengabaikan inisiatif perdamaian Arab dan non-Arab serta mengabaikan resolusi internasional, Penjajah-Z menganggap kebijakannya berhasil mengalihkan kesalahan kepada pihak yang menjadi korban, dengan memanfaatkan dukungan dari para pendukung dan sekutu mereka yang mendominasi media internasional dan bidang pengambilan keputusan khususnya, di negara-negara Barat dipimpin oleh Amerika Serikat. Terlepas dari akibat dari perang brutal ini, Penjajah-Z tidak dapat menghindari dampak dari penjajahannya yang berkepanjangan, kesombongannya, dan kebijakannya yang ceroboh terhadap rakyat Palestina dan tempat-tempat suci mereka.

Otoritas Palestina, Hamas, dan organisasi Palestina lainnya menanggung beban berat atas kegagalan mereka. Mereka tidak mampu mendamaikan perbedaan-perbedaan mereka dan menjembatani perpecahan yang ada di antara mereka, sehingga memberikan alasan bagi Penjajah-Z dan negara-negara lain untuk mengesampingkan, mengisolasi, dan melemahkan mereka. Perpecahan antara Otoritas Palestina dan Hamas di Gaza dan Tepi Barat terbukti merugikan integritas perjuangan mereka.

Gaza menanggung akibat yang sangat besar dalam hal kehancuran dan pertumpahan darah – sebuah tanggung jawab yang mereka tanggung karena ketidakmampuan mereka untuk mengimbangi besarnya tujuan perjuangan mereka. Saat ini, mereka harus mengambil pelajaran dari penderitaan yang mereka alami dan simpati global yang telah mereka kumpulkan untuk menyampaikan suara yang bersatu kepada dunia. Kegagalan di kalangan warga Palestina ini juga mengakibatkan kegagalan bagi bangsa Arab, karena dunia Arab gagal menggalang persatuan di antara pasukan Palestina dan membiarkan Gaza terkepung. Kegagalan kita dalam mewujudkan perdamaian berarti mendorong negara-negara internasional dan regional untuk melakukan hal yang sama.

Perang di Gaza telah memperlihatkan kemunafikan dan standar ganda yang mencolok di kalangan elit dan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat. Mereka telah lama mempromosikan citra kemajuan peradaban dan komitmen terhadap prinsip-prinsip moral, kemanusiaan, dan hukum, serta perdamaian global. Wahyu ini bukanlah hal baru di kawasan kami dan hal ini semakin menjadi jelas bagi masyarakat mereka sendiri yang pernah percaya pada nilai-nilai yang diproklamirkan ini. 

Kegagalan mereka terlihat dari posisi mereka di Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB, yang terlalu mendukung perang, dan usulan mereka untuk menyelesaikan konflik merupakan perwujudan dari kegagalan signifikan ini. Selama kebijakan Amerika Serikat terhadap perjuangan Palestina mencerminkan kebijakan yang dipimpin oleh Penjajah-Z, yang didorong oleh ekstremis jahat yang bermaksud melanggengkan pembantaian dan penghancuran, kegagalan ini akan terus berlanjut. Kegagalan Amerika Serikat baru-baru ini merupakan puncak dari kesalahan manajemen selama empat puluh tahun dalam mencari penyelesaian. Sikapnya sebenarnya serupa dengan sikap Penjajah-Z yaitu dengan menunda upaya perdamaian dan menunda upaya untuk menegakkan status quo yang tidak dapat diubah sehingga menghambat resolusi yang adil dan dapat diterima bagi negara Palestina atau hak untuk menentukan nasib sendiri.

Meskipun ada dukungan vokal terhadap solusi dua negara, Amerika Serikat belum memberikan tekanan yang cukup untuk menggerakkan Penjajah-Z agar mewujudkan solusi tersebut. Perang ini menyoroti ketergantungan Penjajah-Z pada Amerika Serikat sebagai pendukung dan pelindungnya, yang tampaknya mendikte kebijakan Amerika untuk memenuhi agendanya. Oleh karena itu, tanggung jawab penuh untuk mewujudkan perdamaian di kawasan dan menyelesaikan konflik berkepanjangan yang membahayakan keamanan dan stabilitas berada di tangan Amerika Serikat. Ikatan yang erat antara Amerika Serikat dan Penjajah-Z telah mengikis kredibilitas Amerika Serikat sebagai mediator dalam permasalahan ini.

Semua usulan solusi politik yang bertujuan untuk menyelesaikan kebuntuan yang terjadi saat ini di Gaza, khususnya yang didukung oleh negara-negara Barat, tampaknya memprioritaskan persamaan yang mendukung tuntutan penjajah dan mengabaikan penderitaan dan kebutuhan para korban. Solusi-solusi ini bertujuan untuk mengembalikan Jalur Gaza ke statusnya sebelum tanggal 7 Oktober, yang memicu peristiwa-peristiwa pada hari itu. Masyarakat Gaza yang terkepung merasa tidak ada ruginya dan berusaha melepaskan diri dari kurungan di penjara terbuka, meski harus membayar mahal. Solusi-solusi ini terutama untuk mengatasi beban ‘rekonstruksi pasca-perang’ dengan menempatkan beban tersebut pada mereka yang tidak bertanggung jawab atas kehancuran tersebut, dan bukan pada pelaku sebenarnya dan sekutu-sekutunya.

Untuk mengatasi kebuntuan ini dan solusi-solusinya yang tidak praktis, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah upaya yang dipimpin oleh negara-negara Arab untuk memperkenalkan resolusi baru PBB yang memberlakukan gencatan senjata segera dan menetapkan gencatan senjata jangka panjang yang berlangsung setidaknya lima tahun, yang didukung oleh jaminan Arab untuk faksi Palestina dan jaminan internasional untuk mencegah agresi dari pihak Penjajah-Z. Puncak dari gencatan senjata ini adalah berdirinya negara Palestina, dengan mematuhi resolusi-resolusi internasional, khususnya Resolusi Majelis Umum PBB 181 tahun 1948, dan Resolusi Dewan Keamanan PBB 242 dan 338. Selanjutnya, negosiasi yang paling mudah dapat dimulai untuk mencapai resolusi definitif terhadap Palestina. Isu tersebut, dipandu oleh Kuartet dan Inisiatif Perdamaian Arab, selaras dengan resolusi PBB.

Untuk berkomitmen penuh, Hamas harus mendukung Piagam Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), menyelaraskan dengan sikap politiknya, dan bergabung dalam barisannya. Selain itu, konsensus harus dicapai agar kepemimpinan politik Palestina sementara di Jalur Gaza dapat mengawasi semua masalah sampai pemilihan umum Palestina berlangsung. Pemilu ini akan melahirkan kepemimpinan baru bagi Otoritas Palestina, dengan partisipasi dari seluruh faksi PLO.

Pada saat yang sama, harus ada penarikan penuh pasukan Penjajah-Z dari Jalur Gaza, pertukaran tawanan, pencabutan pengepungan, dan pembentukan dana internasional untuk rekonstruksi yang diawasi. Pendanaan akan datang dari Penjajah-Z, sekutu Baratnya, dan negara-negara pendukung lainnya. Untuk memastikan keberhasilan inisiatif perdamaian baru ini, sangat penting untuk melarang semua pemimpin Hamas, Otoritas Palestina, dan Penjajah-Z saat ini memegang posisi politik apa pun di masa depan. (Diterjemahkan oleh Khalidmu https://englisc-trans.blogspot.com/2024/02/perang-di-gaza-sebuah-kekalahan-telak.html, sumber: Sumber: https://bit.ly/48yRXk7).

Share:

Senin, 26 Februari 2024

Kemurkaan #Houthi terhadap Penjajah-Z Membentuk Kembali Konflik Timur Tengah

Serangan Inggris dan AS terhadap Yaman telah memicu ketegangan di wilayah yang tercabik-cabik oleh konflik dan kekerasan. Jadi siapakah kelompok Houthi?

Oleh: Patrick Wintour

Pada musim panas tahun lalu, ketika Washington diam-diam mencoba membujuk Arab Saudi untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Penjajah-Z, para diplomat di Riyadh lebih fokus untuk mencapai kesepakatan perdamaian yang berbeda di perbatasan selatannya dengan salah satu pemberontakan paling sukses di zaman modern. – yang dipimpin oleh pemberontak Houthi di Yaman, juga dikenal sebagai Ansar-u- Allah, para penolong Allah.

Dengan diadakannya gencatan senjata informal di #Yaman, dan setelah berbulan-bulan perundingan pribadi yang sebagian besar dimediasi di Oman, pada tanggal 14 September delegasi Houthi terbang ke Riyadh, di mana mereka bertemu Pangeran Khalid bin Salman, menteri pertahanan dan saudara laki-laki Putra Mahkota.

Beberapa perbedaan besar masih harus singkirkan, namun tampaknya, setelah berpuluh-puluh tahun melalui berbagai bentuk peperangan, perdamaian akan terwujud di negara tersebut, dan sebagian besar berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan oleh kelompok yang tidak benar-benar eksis sebagai kekuatan politik di Yaman hingga awal tahun 2000an. Arab Saudi akhirnya akan memangkas kerugiannya dalam serangan bencana yang dilancarkannya pada tahun 2015 untuk memukul mundur kelompok Houthi. Namun 23 hari setelah pertemuan di Riyadh, Hamas menerobos perbatasan negara Penjajah-Z, membunuh warga Penjajah-Z dan memicu serangkaian peristiwa yang pekan ini (artikel ini ditulis tgl 13/01/2024) membuat Yaman jadi sasaran serangan selama dua hari oleh kapal selam dan kapal perang AS dan Inggris di Laut Merah.

Serangan terhadap basis Houthi di Yaman, serta meningkatnya ketegangan di wilayah yang sudah dilanda kekerasan, membuat Yaman semakin jauh dari perdamaian internal yang sulit dicapai.

Di negara yang penuh dengan perbedaan ini, ada dua faktor yang menambah kompleksitas kawasan yang terkoyak oleh konflik: dukungan kelompok Houthi terhadap perjuangan Palestina, dan cara geografi Yaman membantu membentuk dinamika politik. Seperti yang disampaikan oleh penulis Iona Craig, Yaman adalah contoh geopolitik yang klasik – tempat di mana geografi dan politik menjadi satu.

Yaman sendiri mungkin relatif miskin, namun buah globalisasi barat yang sering kali tidak dilindungi itu akan hilang begitu saja dilalui waktu. Hampir 15% barang yang diimpor ke Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara dikirim dari Asia dan Teluk melalui laut. Hampir 21,5% minyak sulingan dan lebih dari 13% minyak mentah melewati jalur perairannya. Impor dan ekspor Asia menyumbang sekitar seperempat dari total perdagangan luar negeri dan transit Israel terutama melalui rute Laut Merah.

Penjajah-Z sudah sejak lama takut akan sempitnya selat Bab al-Mandab yang berpotensi memiliki kerentanan keamanan. Selama beberapa dekade, negara ini telah mencari aliansi dengan negara-negara seperti Eritrea untuk menangkis upaya Mesir dan kemudian Iran yang mau menutup jalur perairannya bagi lalu lintas Penjajah-Z.

Memang salah satu motif Penjajah-Z menandatangani “perjanjian Abraham” dengan Uni Emirat Arab pada tahun 2020 adalah karena jaringan keamanan maritim UEA sendiri, yang meliputi Djibouti, Eritrea, Somaliland, dan Pulau Perim serta kepulauan Socotra di Yaman.

Kelompok Houthi sendiri telah bereksperimen dengan cara menjadi kekuatan angkatan laut. Pada bulan Oktober 2016 mereka mulai menggunakan pelabuhan strategis Hodeidah yang baru saja direbut di pantai barat Yaman sebagai basis. Mereka dua kali melepaskan tembakan ke arah USS Mason sebagai bentuk serangan balasan terhadap AS yang memberikan dukungan udara kepada Saudi. Pada bulan Januari 2017 Houthi beralih dari melemparkan rudal balistik dan drone melintasi perbatasan darat menuju Riyadh, dan sebagai gantinya mengirim tiga kapal bunuh diri. Mereka juga mencoba memasang ranjau di jalur perairan.

“Jika para agresor terus mendesak ke arah Hodeidah, dan jika solusi politik menemui jalan buntu, beberapa pilihan strategis akan diambil sebagai titik yang tidak ada lagi jalan kembali, termasuk memblokir navigasi internasional di Laut Merah,” kata Ketua Dewan Politik Houthi, Saleh. .al Samad. “Kapal-kapal melewati perairan kami sementara rakyat kami kelaparan.”

Penjajah-Z menyadari bahwa Iran, dengan angkatan lautnya yang canggih, mulai melatih Houthi dalam menggunakan kapal, drone, dan rudal untuk mengganggu lalu lintas yang berhubungan dengan Penjajah-Z, termasuk dengan menyediakan mesin yang dapat mendeteksi asal kapal. Ketika Houthi meraih lebih banyak kemenangan, dukungan Teheran pun meningkat.

Terbukti di mata Penjajah-Z bahwa pada tahun 2019 Abdul-Malik al-Houthi, pemimpin Houthi, semakin mengarahkan retorikanya terhadap Penjajah-Z dan menyangkal klaim Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahwa Iran telah mulai memasok rudal presisi ke Yaman.

Dia berkata: “Rakyat kami tidak akan ragu untuk mendeklarasikan jihad melawan si musuh Penjajah-Z dan melancarkan serangan terberat terhadap sasaran sensitif musuh jika dia terlibat dalam tindakan bodoh terhadap rakyat kami. Sikap permusuhan kami terhadap Penjajah-Z bersifat prinsipil, manusiawi, bermoral, dan religius.”

Maysaa Shuja al-Deen dari Pusat Studi Strategis Sana’a mengatakan: “Ancaman Houthi terhadap pelayaran bukanlah alasan atau upaya untuk mengalihkan perhatian dari kegagalan mereka sendiri. Hal ini tertanam dalam ideologi mereka. Mereka berbicara tentang kutukan terhadap orang-orang Yahudi dan kematian bagi Amerika. Pendirinya, Hussein al-Houthi, memulai ceramahnya di sekitar peristiwa 9/11 dan invasi AS ke Irak, dan ceramahnya banyak membahas tentang benturan peradaban. Ini adalah konflik Muslim vs Kristen, konflik agama, bukan nasionalisme Arab.”

Ketika krisis Gaza meledak, kelompok Houthi awalnya menembakkan rudal yang tidak efektif ke kota pelabuhan Penjajah-Z, Eilat, dan bersikeras bahwa mereka hanya akan berhenti jika penjajah mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Namun dengan memanfaatkan wilayah yang mereka rebut sejak tahun 2014, taktik mereka dengan cepat berkembang menjadi kampanye serangan mendadak terhadap pelayaran yang telah menyebarkan kekacauan di seluruh rantai pasokan dunia.

Setidaknya sejak 12 November, menurut Sana’a Centre, “Pasukan Houthi telah melatih orang yang direkrut untuk menjadi  tim penyerang amfibi, dengan latihan termasuk peluncuran rudal tiruan yang menargetkan kapal angkatan laut umpan dan simulasi serangan kapal.” Mereka juga secara bertahap memperluas target mereka dari kapal berbendera Penjajah-Z menjadi semua kapal yang melakukan perdagangan dengan Penjajah-Z.”

Al-Deen berpendapat bahwa respons dalam negeri yang positif hanya akan membuat kelompok Houthi semakin berani: “Warga Yaman pro-Palestina, dan perasaan itu telah berkembang ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya selama tiga bulan terakhir.” Ketika kelompok lain ragu-ragu, kelompok Houthi justru menunjukkan keberanian, sambil memproduksi video propaganda seperti helikopter berbendera Palestina yang mendarat di dek kapal Galaxy Leader, sebuah kapal kargo yang berlayar di Laut Merah.

Kelompok Houthi sangat bangga ketika seorang pewawancara BBC bertanya kepada Mohammed Ali al-Houthi, anggota dewan tertinggi Houthi, mengapa mereka menganggap perlu untuk campur tangan di Palestina yang “bermil-mil jauhnya”. Dia menjawab: “Adapun Biden, apakah dia tetangga Netanyahu? Apakah mereka tinggal di apartemen yang sama, dan apakah presiden Perancis tinggal di lantai yang sama dan perdana menteri Inggris di gedung yang sama?”

Abdulghani al-Iryani, juga dari Sana’a Centre, menyatakan: “Kamp anti-Houthi di Yaman tercengang. Beberapa pernyataan yang dibuat untuk melawan Houthi sejak awal operasi mereka untuk mendukung Palestina telah dikritik habis-habisan oleh masyarakat Yaman. Sentimen ini terekam dalam ungkapan umum: ‘Saya dan saudara laki-laki saya menentang sepupu kami, dan saya serta sepupu saya menentang orang asing.’ Warga masyarakat dari berbagai latar belakang menuntut agar juru bicara kelompok anti-Houthi ‘menutup mulut’ mereka.”

Memang benar bahwa beberapa pemimpin Houthi telah menghubungi lawan-lawan politik jangka panjang mereka di Partai Islah untuk melihat apakah mereka akan memiliki tujuan yang sama dalam melawan Penjajah-Z.

Al-Deen menegaskan Houthi tidak akan tergoyahkan oleh serangan-serangan Barat namun akan menganggapnya sebagai sebuah hadiah, bahkan sebagai sersan perekrutan. “Mereka telah menghabiskan waktu bertahun-tahun melawan Saudi, menanggung kerugian. Mereka bukanlah tentara klasik dengan pangkalan militer statis. Milisi mengubah aturan perang, dan dengan bantuan Iran, mereka kini memiliki kapasitas dan keahlian untuk memproduksi drone di dalam negeri. AS dan Inggris memberikan peringatan yang sangat panjang bahwa hal ini akan terjadi, jadi tidak ada unsur kejutan.”

Dia mengatakan apa yang terjadi pekan  lalu “akan membuat Houthi percaya bahwa mereka bukan lagi pemain lokal tetapi pemain regional yang memiliki legitimasi untuk melakukan konfrontasi langsung dengan Amerika”. Dia mengatakan dia bisa melihat Houthi bahkan menembakkan rudal ke Bahrain, satu-satunya negara Arab yang mendukung serangan udara untuk mempertahankan kebebasan bernavigasi.

Farea al Muslimi, dari program Timur Tengah Chatham House, memperingatkan: “Kelompok Houthi jauh lebih cerdas, siap dan mempunyai perlengkapan yang lebih baik daripada yang disadari oleh banyak komentator barat. Kecerobohan dan kesediaan mereka untuk bertindak tegas dalam menghadapi tantangan selalu diremehkan.”

Mereka juga tahu bahwa aliansi angkatan laut militer yang mendukung Amerika sangatlah sedikit. Mesir, meski mendapat pemasukan dari Terusan Suez, menolak mendukung serangan udara AS. Tidak ada negara Arab, kecuali mungkin UEA, yang berani menentang tuduhan Houthi yang menyebut orang-orang Yaman berani mengambil alih kekuasaan AS. Arab Saudi takut tiket keluarnya dari Yaman akan dirobek.

Serangan rudal mungkin dipandang oleh negara-negara barat sebagai satu-satunya pilihan, namun hal ini bukanlah tanpa biaya. Drone Houthi murah. Sebaliknya, Prancis menghabiskan hampir €1 juta untuk setiap rudal Aster 15 yang digunakan Prancis dan Inggris untuk menangkis drone Houthi.

Hal ini berpotensi menjadi perang yang panjang dan memakan biaya, dan mungkin dilancarkan pada berbagai tingkat intensitas yang berbeda-beda. (Diterjemahkan oleh Khalidmu kunjungi https://englisc-trans.blogspot.com/2024/02/inggris-dan-as-terhadap-yaman-telah.html, sumber: bit.ly/3wCpvAi)

Share: