Youtube Channel

About

Selamat datang di Blog Analis Palestina yang mengkhususkan diri pada opini, penerjemahan informasi dan analisa terkini terkait perkembangan yang terjadi di Palestina dan sekitarnya. Email: khalidmusholla@gmail.com

Sabtu, 08 Februari 2025

Rasionalitas Sharaa

Rasionalitas Sharaa

Oleh: Tariq Al-Homayed

Jurnalis dan penulis Saudi, serta mantan pemimpin redaksi surat kabar Asharq Al-Awsat


Sejak Bashar al-Assad meninggalkan Suriah dan Ahmad al-Sharaa datang di Damaskus, dan akhirnya dinyatakan sebagai presiden, setiap pidato dan wawancara yang ia sampaikan, baik yang disiarkan di televisi maupun di media cetak, mencerminkan tingkat rasionalitas yang belum pernah dilihat Suriah selama setengah abad.


Presiden Sharaa telah diwawancarai oleh media Barat dan Arab. Semuanya substantif. Tidak seperti si kriminal Assad, yang mampu berbicara selama tiga jam tanpa mengatakan sesuatu yang layak didengar, ia sama sekali menghindari pernyataan berulang-ulang yang tidak berarti.


Sharaa sedang berenang bersama hiu, atau melintasi ranjau darat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ia harus menghadapi tantangan yang datang dari Iran hingga Israel, dari Lebanon hingga Irak, dan dengan negara-negara Arab yang enggan mendukung Suriah.


Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa keraguan orang-orang Arab berasal dari kekhawatiran atas "Islam politik" Sharaa bersama para sekutunya. Namun, berbagai aktor regional telah bersekutu dengan Ikhwanul Muslimin, Hamas, Hizbullah, dan lainnya, bahkan berusaha mengakomodasi mereka.


Terlepas dari semua risiko ini, Sharaa telah berhasil berkomunikasi dengan baik, dengan rakyat Suriah, serta dengan Arab Saudi, Yordania, dan, tentu saja, Turki. Ia juga meyakinkan Irak melalui rekaman pesan video, berinteraksi dengan para pemimpin Eropa, dan memamerkan keterampilan diplomatik menteri luar negerinya di Davos. Sekarang, Sharaa berupaya membuka babak baru dengan Amerika Serikat.


Pendekatan Sharaa yang masuk akal terbukti dalam cara ia menangani Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dan responnya terhadap berbagai kritikan setelah jatuhnya Assad. Misalnya, ia telah menguraikan peta jalan yang jelas bagi pembentukan pemerintahan baru dan penyelenggaraan pemilu. Pernyataan-pernyataannya tentang Israel juga mencerminkan pragmatisme ini, tatkala dia telah mencoba meredakan permusuhan Israel terhadap Suriah yang baru.


Pendekatannya yang membumi juga terbukti di negara-negara yang telah ia pilih untuk dikunjungi. Arab Saudi adalah tujuan kunjungan luar negeri pertamanya, diikuti Turki, yang menunjukkan bahwa ia memahami keseimbangan regional dan tahu cara memainkan permainan dengan cara yang memaksimalkan pengaruh Suriah. Penekanannya untuk tidak mencari bantuan dari Teluk, tetapi lebih memilih pada kemitraan - sebuah keistimewaan yang mendasar - adalah sangat penting.


Apakah ini menyiratkan bahwa ia harus diberi dukungan tanpa syarat? Cek kosong? Saya tidak akan menyembunyikan fakta bahwa saya telah menganjurkan dukungan yang tak tergoyahkan untuk Suriah dan perjuangannya - jatuhnya rezim Assad - sepanjang karier jurnalistik saya. Akan tetapi, ini bukan masalah sentimen atau sikap jurnalistik.


Sikap saya berakar pada prinsip dasar: Suriah harus tetap menjadi negara Arab. Mengembalikan Suriah ke dalam pangkuan Arab akan mengekang ekspansionisme Iran dan melawan proyeknya untuk mengekspor revolusinya. Dukungan harus diberikan kepada individu. Kita harus mendukung proyek politik yang menjamin keamanan, stabilitas, dan kohesi sosial regional, serta meredakan ketegangan sektarian.


Sejauh ini, Sharaa telah menunjukkan pendekatan yang membumi yang belum pernah kita lihat dari Bashar al-Assad, Hamas, Hizbullah, atau bahkan para pesaingnya di Lebanon. Para pemimpin yang memproklamirkan diri sendiri juga tidak menunjukkan pragmatisme yang sama.


Oleh karena itu, tidaklah bijaksana untuk menyia-nyiakan kesempatan bersejarah yang telah muncul di Suriah. Alih-alih bersaing untuk mendapatkan pengaruh, kekuatan regional harus berinvestasi untuk memastikan bahwa Damaskus memainkan peran utama dalam stabilitas daripada konspirasi. Kesalahan perebutan kekuasaan yang kita lihat di Lebanon tidak boleh terulang. Kesalahan itu sendiri merupakan kisah yang panjang dan penuh peringatan.


Beberapa pihak di kawasan kami telah membuang-buang waktu bertahun-tahun dan sumber daya yang besar untuk mencoba membujuk Assad agar mengakhiri kekerasan dan menjauhkan diri dari Iran. Saat ini, Suriah sudah jauh dari orbit Iran. Pengaruh Rusia telah memudar, dan negara itu semakin dekat dengan dunia Arab daripada sebelumnya. Ya, Turki telah mendapatkan pijakan di sana, tetapi tetap menjaga hubungan yang seimbang dengan negara-negara Arab.


Prioritas saat ini adalah mendukung dan berinvestasi dalam pendekatan rasional Sharaa. Hingga kita melihat tanda-tanda sebaliknya, ini adalah kesempatan yang telah kita dan rakyat Suriah tunggu selama hampir lima puluh tahun (KHO).


—-

Sumber:

https://english.aawsat.com/opinion/5108843-sharaa%E2%80%99s-rationality


Share: