Oleh Asim An-Nabih*
Penjajah-Z berusaha membuktikan hak dan kepemilikannya atas Palestina dengan berbagai cara, dan mereka telah mempekerjakan ratusan cendekiawan dan penulis di berbagai bidang untuk tugas ini, yang telah melakukan ratusan proyek, mendirikan pusat studi, menulis banyak buku, dan menerbitkan ratusan makalah penelitian. Mereka mencari di bawah tanah dan di atas tanah, melakukan penggalian, dan membayar jutaan dolar untuk menemukan kaitan yang menghubungkan mereka dengan Palestina dari dekat atau jauh.
Pada abad ke-18 Palestina menjadi incaran semua kekuatan kolonial karena lokasinya yang strategis dan sumber dayanya yang sangat istimewa. Maka pada pertengahan abad ke-18, di bawah naungan Ratu Victoria, Angkatan Darat Inggris mendirikan “Palestine Exploration Fund” yang bekerja untuk menghubungkan situs-situs arkeologi di Palestina dengan apa yang disebutkan dalam versi sejarah Taurat, yang mengklaim bahwa itu adalah “situs peninggalan tanah Israel”.
Para peneliti di “Palestine Discovery Fund”, yang disponsori oleh Inggris ini, adalah para penganut Kristen dan bukan disponsori oleh Organisasi Zionis, yang karenanya dalam hal ini Inggris memiliki maksud lain di balik proyek penelitian ini. Tujuan proyek ini pada dasarnya bersifat kolonial, karena persaingan yang ketat antara negara-negara Eropa, terutama Inggris dan Perancis, dan Palestina dipilih karena menjadi sasaran semua penjajah karena lokasinya yang strategis dan sumber dayanya yang khas. Melalui proyek ini, Inggris ingin menyebarkan kebohongan tentang Tanah Perjanjian dan menghubungkannya dengan apa yang dinyatakan dalam Taurat tentang hak orang #Yahudi atas tanah tersebut.
Maka muncullah Ilmu Arkeologi Taurat untuk meneliti peninggalan bersejarah dan menciptakan hasil-hasil yang bersesuaian dengan isi Taurat. Ilmu ini bukanlah untuk menggali benda-benda antik kuno dan mengidentifikasi identitasnya, tapi menyajikannya sebagai dokumen yang menghubung-hubungkan antara benda-benda antik kuno dengan entitas kolonial yang didirikan Barat di tanah Palestina.”
Namun sejalan dengan itu juga berlangsung juga penelitian-penelitian yang berlandaskan kepada ilmu arkeologi semata yang menghancurleburkan Ilmu Arkeologi Taurat karena didalamnya melibatkan banyak peneliti asing baik Yahudi dan non-Yahudi yang sebagian adalah orang yang netral dan secara jelas menyatakan tidak adanya peninggalan peradaban Israel di tanah Palestina. Layak untuk disebut sebagai contoh proyek peneliti Kathleen Kennon, yang datang ke Palestina dan telah melakukan sekelompok studi dan penelitian penting.
Istilah Yahudi dan Bani Israel
Istilah “Bani Israel” kembali kepada Nabi Yakub, yang memiliki nama julukan “Israel.” Bagi kalangan Umat Islam dan Yahudi nama tersebut diekspresikan untuk orang Yahudi secara khusus dan negara penjajah yang didirikan di tanah Palestina disebut “Israel,” yang menyerukan negara Yahudi hingga sejak sebelum berdirinya.
Asal Usul Yahudi:
Orang-orang Yahudi bersandarkan kepada Taurat dalam membuktikan kepemilikan mereka terhadap tanah Palestina. Namun, kenyataannya Taurat itu sendiri mengandung dalil-dalil yang membuktikan milik bangsa Palestina. Narasi Taurat misalnya, mengatakan bahwa asal usul dan keberadaan orang Yahudi adalah dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, yang hidup pada awal milenium kedua SM, melarikan diri dari Irak dan datang dengan kelompok orang yang sangat sedikit. Artinya beliau tidak bermaksud membentuk sebuah masyarakat atau negara, melainkan datang melarikan diri untuk mencari perlindungan, dan datang bukan dengan tujuan untuk menetap di Palestina. Persis seperti yang terjadi dengan cucu-cucunya (anak-anak Nabi Yakub alaihissalam) yang berhijrah dari Palestina ke Mesir dan menetap di sana, dimana jumlah mereka tidak lebih dari 70 orang.
Masuknya Yahudi ke Palestina:
“Era Para Hakim” berlangsung selama kurang lebih satu setengah abad, di mana dua belas hakim memerintah, kemudian Thalut memerintah mereka, dan setelah itu datanglah “Era Raja-raja”, di antaranya adalah Nabi Daud(1004-962 SM), yang setelah wafatnya berkuasalah Nabi Sulaiman (962-923 SM), yang pada masanya dibangunlah Haikal. Setelah wafatnya kerajaan terpecah dua menjadi Kerajaan Yehuda dengan ibukotanya Yerusalem (Orshalim) dan Kerajaan Israel dengan ibukota Samaria.
Menurut versi Taurat juga, Bani Israil datang bersama Nabi Musa ke Palestina, melarikan diri dari Firaun di Mesir, dimana mereka hidup dalam pengembaraan “tiih” selama 40 tahun dalam kurun waktu (antara tahun 1500 SM sampai kira-kira tahun 1460 SM), menurut versi paling kuat. Pengembaraan itu terjadi di tanah Sinai dan bukan di Palestina, hingga datanglah Yosua bin Nun yang memimpin Bani Israel menuju Palestina dan membawa mereka ke Yerikho.
Yehuda dan Samaria:
Bangsa Asyur menghancurkan Kerajaan Samaria pada tahun 722 SM dan membawa orang-orang Yahudi sebagai tawanan ke Irak, dan Kerajaan Yehuda dihancurkan oleh penjajah Babilonia (negara Kaldea) yang dipimpin oleh Raja Nebukadnezar (Bakhtanezzar), yang mengasingkan orang-orang Yahudi dari Kerajaan Yehuda ke Babilonia pada tahun 586 SM.
Yahudi Pada Zaman Persia, Yunani, dan Romawi:
Pada tahun 539 SM, raja Persia Kadesh II berhasil memasuki Babilonia dan menghancurkan Kerajaan Babilonia dengan bantuan orang-orang Yahudi. Ia mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Palestina dengan syarat mereka membantunya dalam pemerintahan maka pulanglah sebagian mereka dan hidup di bawah kekuasaan Persia selama beberapa waktu tanpa memiliki kekuasaan khusus.
Alexander Agung kemudian dapat memasuki Palestina dan mengalahkan Persia, dan orang-orang Yahudi terpaksa berada di bawah kekuasaannya. Setelah kematian Alexander, kerajaannya terpecah, terjadi konflik di Palestina, dan orang-orang Yahudi dipaksa memeluk agama berhala Yunani, sehingga sebagian besar orang Yahudi hijrah ke Mesir.
Kemudian bangsa Romawi datang pada tahun 64 SM. Bangsa Yahudi melakukan pemberontakan dan revolusi lebih dari satu kali, namun bangsa Romawi berhasil meredam revolusi tersebut. Yang terakhir adalah bangkitnya Kaisar Hadrian pada tahun 70 M – dan ada catatan yang menyebutkan tahun 135 SM.yang menghancurkan kota Yerusalem dan Haikalnya, dan membangun sebuah kota lain di atas reruntuhannya yang bernama Aelia Capitolina.
Setelah itu, keberadaan Yahudi di tanah Palestina sirna selama kurang lebih 2.000 tahun. Yang ada hanyalah segelintir dari mereka yang hidup di bawah kekuasaan orang Palestina sampai mereka mengumpulkan diri mereka lagi dari negeri-negeri yang jauh dan kembali sebagai Penjajah “Israel” di tanah Palestina pada tahun 1948.
Pada era Muhammad Ali Pasha, statistik orang Yahudi di Palestina ditemukan tidak lebih dari 2%, karena Palestina terus mengalami kekosongan dari orang Yahudi sejak dikalahkan oleh Romawi.
Sangat jelas terlihat bahwa eksistensi Yahudi bersifat sporadis dan bukan sebagai suatu peradaban di tanah Palestina, melainkan kehadiran sementara di wilayah tertentu dan dalam jumlah kecil.
Penduduk Asli Palestina
Bangsa Arab Kanaan mendiami tanah Palestina sejak zaman prasejarah dimana mereka menetap dan mulai melakukan pengelolaan tanah, bertani, dan membangun rumah, hal yang tidak lazim pada masa itu, dan telah ditemukan peninggalan sejarah dalam bentuk perkakas tani yang menunjukkan kembali ke masa di mana orang-orang Yahudi belum ada sama sekali, dan ini menjadi bukti bahwa terdapat populasi yang mendahului semua orang dalam kehidupan di atas tanah itu.
Evolusi kehidupan di Palestina mencapai era “negara-negara kecil” pada awal Zaman Perunggu (3200 SM – 2000 SM), yaitu ditemukannya blok tempat tinggal warga, perumahan, lahan pertanian, dan stabilitas orang Kanaan hingga ke tahap urbanisasi, di mana orang-orang Palestina mendirikan kota pertama dalam sejarah umat manusia, yaitu Kota “Ariha” atau Jericho disebut sebagai "peradaban Jericho", sebagaimana disebutkan dan dibuktikan dari penggalian arkeologi. Kehidupan komersial dan industri berkembang, perunggu dan logam sudah diolah, dan keberadaan keyakinan beragama dan dekorasi artistik yang terdapat pada peralatan, dan fase "kota" nya kala itu telah mencapai tingkat perkembangan tertinggi yang pernah dicapai manusia pada periode itu.
Eksistensi orang Palestina terus meluas, menyebar, dan membangun pusat-pusat dan kantong-kantong lain di pesisir Palestina. Selama masa-masa tersebut, Palestina menjadi sasaran ambisi para penjajah dari waktu ke waktu, dan kadang-kadang penjajah berlangsung hingga berabad-abad, namun tetap di bawah bayang-bayang eksistensi orang Palestina secara berkelanjutan.
Palestina pernah dihuni oleh bangsa Romawi dan Persia, dan Alexander Agung mencapai perbatasan Gaza dan dijajah oleh Tentara Salib dan lain-lain, bisakah kita menyebut bahwa Palestina adalah Romawi misalnya? Atau apakah dia milik Persia? Tentu saja tidak, karena warga penduduk asli masih ada, dan semua bangsa-bangsa yang pernah menghuni tanah ini sementara waktu, tidak dapat dikaitkan dengan tanah air Palestina.
Pertempuran Yerikho:
Versi Yahudi menceritakan tentang sebuah peperangan dimana Yosua bin Nun memimpin kaum Yahudi dan menyerbu Yerikho yang saat itu dihuni oleh bangsa Kanaan, hingga mereka menghancurkan dan membakarnya. Padahal versi cerita itu sendiri membenarkan adanya penduduk yang ada sebelum mereka di tanah itu, dan berbicara tentang seorang raja yang memimpin Kerajaan Kanaan. Namun penelitian Catherine Kennon dari Inggris menyatakan bahwa Tidak ada jejak pembakaran yang terjadi di Yerikho selama periode yang disebutkan dalam Taurat.
Bani Israel tidak pernah membangun peradaban dan tidak pernah sampai pada tingkat terdepan dalam perkembangan kemanusiaannya di negeri ini..Hal ini terlihat jelas dalam penelitian dan kajian arkeologi yang menemukan perkakas milik bangsa Palestina sejak Zaman Perunggu, namun mereka tidak menemukan apapun yang mengembalikan kepada orang-orang Yahudi.
Dua ribu tahun kemudian:
Pada tahun 1839, Moses Montefiore salah satu orang kaya Yahudi mengunjungi Muhammad Ali, dan bernegosiasi dengannya untuk mengizinkan pembangunan desa dan perumahan bagi orang Yahudi. Perjanjiannya belum final, tetapi dengan dukungan Montefiore, pada masa pemerintahannya, Muhammad Ali, berhasil melakukan sensus yang mengidentifikasi jumlah orang Yahudi di Palestina dan menemukan bahwa persentase orang Yahudi tidak melebihi 2%. Itu dikarenakan Palestina masih tetap kosong dari orang Yahudi sejak mereka dikalahkan oleh Romawi. Mereka yang tinggal di Palestina pada saat sensus dilakukan adalah orang Yahudi Andalusia yang melarikan diri bersama umat Islam pada tahun 1494 saat Daulah Islamiyah di sana runtuh.
Orang-orang Yahudi mencoba untuk membuktikan keberadaan Haikal Sulaiman di lokasi Masjid Al-Aqsa berada, dan mereka telah menemukan bukti - palsu-nya melalui Ilmu Arkeologi Taurat. Namun Ilmu Arkeologi yang sebenarnya telah menyangkal keberadaan peninggalan apapun yang berasal dari Bani Israel, hingga hari, meskipun sudah dilakukan penggalian besar-besaran dilakukan oleh penjajah di Yerusalem, di bawah Masjid Al-Aqsa, dan di beberapa titik di Palestina.(IC)
Kesimpulan:
Eksistensi orang Palestina di tanah air Palestina tidak pernah tergerus sejak pertama kali mereka hidup meski di era penjajahan sekalipun.
Eksistensi Israel terbatas pada periode tertentu dan tempat tertentu saja. Mereka selalu meninggalkan tanah air dan hilang keberadaannya sama sekali, kemudian kembali dengan harapan dapat mendirikan negara untuk dirinya sendiri di tanah air Palestina.
Eksistensi Yahudi di tanah Palestina dimulai sejak tahun 1460 SM menurut versi Taurat.
Masa bercokol dan memerintah orang Yahudi terjadi pada “Era Para Hakim” yang berumur pendek dalam bentuk blok-blok perumahan kecil.
Persentase orang Yahudi sangatlah kecil jika dibandingkan dengan penduduk asli, yaitu orang Kanaan.
Bani Israel tidak pernah membangun peradaban dan tidak mencapai tingkat terdepan yang berlaku di negeri Palestina dalam perkembangan kemanusiaannya. Hal ini terlihat jelas dalam penelitian dan kajian arkeologi yang menemukan perkakas milik bangsa Palestina sejak Zaman Perunggu, namun tidak menemukan apa pun milik orang-orang Yahudi.
Populasi penduduk asli terus bertambah dan menyebar seiring dengan berkurangnya jumlah Bani Israel akibat peperangan dan hijrah yang terus menerus.
Bukti sejarah yang diandalkan Israel lemah dan mengandung kontradiksi yang dapat melemahkan klaim kepemilikan mereka sepenuhnya.
* Asim An-Nabih, 20/3/2017 “Kelayakan Sejarah Tentang Palestina 1-3”, www.aljazeera.net, https://bit.ly/42yYE42, diterjemahkan oleh Khalidmu www.https://englisc-trans.blogspot.com/, artikel ini merupakan materi dalam diskusi live Zanki Academy, pada 11/02/2022.