Youtube Channel

About

Selamat datang di Blog Analis Palestina yang mengkhususkan diri pada opini, penerjemahan informasi dan analisa terkini terkait perkembangan yang terjadi di Palestina dan sekitarnya. Email: khalidmusholla@gmail.com

Jumat, 01 Maret 2024

Hanya Demi Pembantaian, Perang Netanyahu Di Rafah Bukan Untuk Kemenangan

Oleh Ramzy Baroud*

Kota #Rafah di Palestina tidak hanya lebih tua dari negara Penjajah-Z, namun juga setua peradaban itu sendiri. Rafah telah ada selama ribuan tahun. Orang Kanaan menyebutnya sebagai Rafia, dan Rafia hampir selalu ada di sana, menjaga perbatasan selatan Palestina, baik di zaman kuno maupun modern.

Sebagai pintu gerbang antara dua benua dan dua dunia, Rafah telah berada di garis depan dalam banyak perang dan invasi asing, mulai dari Mesir kuno hingga Romawi, hingga Napoleon dan pasukannya yang akhirnya dikalahkan. Kini giliran Benyamin Netanyahu.

Perdana Menteri Penjajah-Z telah menjadikan Rafah sebagai permata mahkota aibnya, pertempuran yang akan menentukan nasib perang genosida di Gaza; sebenarnya, adalah masa depan negaranya. “Mereka yang ingin mencegah kami melakukan operasi di Rafah pada dasarnya mengatakan kepada kami: ‘Kalah perang’,” katanya pada konferensi pers pada 17 Februari.

Saat ini terdapat 1,3 hingga 1,5 juta warga Palestina di Rafah, sebuah wilayah yang berpenduduk 200.000 orang sebelum perang dimulai. Meski begitu, tempat itu dianggap ramai. Kita hanya bisa membayangkan bagaimana situasinya saat ini, dengan ratusan ribu orang tersebar di kamp-kamp pengungsi yang berlumpur, bertahan hidup di tenda-tenda darurat yang tidak mampu menahan cuaca musim dingin yang keras. Walikota Rafah mengatakan bahwa hanya 10 persen dari kebutuhan makanan dan air yang sampai ke masyarakat di kamp-kamp, dimana mereka menderita kelaparan ekstrem, jika bukan kelaparan total.

Mereka telah kehilangan orang-orang tercinta dan rumah, serta tidak mempunyai akses terhadap perawatan medis. Mereka terjebak di antara tembok tinggi, laut, dan tentara pembunuh.

Invasi Penjajah-Z ke Rafah tidak akan mengubah medan perang demi kepentingan tentara penjajah, namun itu akan berdampak buruk bagi pengungsi Palestina. Pembantaian ini akan melampaui apa pun dan segalanya yang telah kita lihat sejauh ini di mana pun di Gaza.

Kemana 1,5 juta orang akan pergi ketika tank Penjajah-Z datang ? Daerah terdekat yang dianggap aman adalah Al-Mawasi, yang sudah penuh sesak. Pengungsi yang mengungsi di sana juga menderita kelaparan akibat pemblokiran bantuan oleh Penjajah-Z dan pemboman terus-menerus terhadap konvoi kemanusiaan.

Lalu ada Gaza utara yang sebagian besar berbentuk puing reruntuhan. Negara ini tidak mempunyai makanan sehingga, di beberapa daerah, bahkan pakan ternak, yang sekarang jadi makanan manusia di sana, tidak lagi dapat diperoleh.

Jika komunitas internasional pada akhirnya tidak mempunyai keinginan untuk menghentikan Penjajah-Z, kejahatan mengerikan ini akan terbukti jauh lebih buruk daripada semua kejahatan yang telah dilakukan oleh pasukan penjajah. Diperkirakan lebih dari 100.000 warga Palestina yang akan terbunuh atau terluka hanya di Rafah saja.

Namun, invasi ke Rafah tidak menjanjikan kemenangan militer maupun kemenangan strategis bagi Penjajah-Z, melainkan hanya pembantaian. Netanyahu hanya ingin memuaskan  dahaga haus darahnya di seluruh negara jajahan. Meskipun angkatan bersenjata mereka telah membunuh 30.000 warga Palestina sejauh ini, dan melukai 70.000 lainnya, Penjajah-Z  masih menginginkan balas dendam yang lebih besar. “Saya pribadi bangga dengan puing reruntuhan Gaza,” kata Menteri Kesetaraan Sosial Penjajah-Z May Golan dalam sidang Knesset pada 21 Februari.

Pada awal perang, Penjajah-Z mengklaim bahwa Hamas sebagian besar terkonsentrasi di utara Gaza. Bagian utara telah dihancurkan, namun Perlawanan terus berlanjut. Kemudian Penajajah-Z mengklaim bahwa markas Perlawanan berada di bawah Rumah Sakit Syifa, yang dibom, digerebek dan dihancurkan. Kemudian mereka mengklaim bahwa Bureij, Maghazi dan Gaza tengah adalah hadiah utama perang tersebut. Kemudian, Khan Younis dinyatakan sebagai “ibu kota Hamas”. Dan hal ini terus berlanjut… Perlawanan masih belum terkalahkan, dan apa yang disebut sebagai “ibukota Hamas” telah berpindah dengan mudah dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu perkampungan ke perkampungan lainnya.

Kini, klaim konyol dan tuduhan tidak berdasar yang sama juga dilontarkan mengenai Rafah, tempat sebagian besar warga  Gaza diperintahkan untuk mereka datangi oleh Penjajah-Z, dalam keputusasaan total, jika mereka ingin selamat dari serangan gencar tersebut. Penjajah-Z berharap warga Palestina akan segera meninggalkan Gaza yang jumlahnya ratusan ribu  dan pergi ke Gurun Sinai. Mereka tidak melakukannya. Kemudian para pemimpin Penjajah-Z, seperti Menteri Keuangan sayap kanan Bezalel Smotrich, menyebut “migrasi sukarela” sebagai “solusi kemanusiaan yang tepat”. Meski begitu, warga Palestina tetap bertahan. Kini,  Penjajah-Z telah menyetujui invasi ke Rafah; ini hanya masalah waktu, sebagai upaya terakhir untuk mengatur kembali Nakba Palestina.

Tapi Nakba lain lagi tidak akan terjadi. Rakyat Palestina tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Pada akhirnya, kegilaan politik Netanyahu dan Penjajah-Z  harus diakhiri. Terlebih lagi, dunia tidak bisa terus menerus bersikap pengecut. Kehidupan jutaan warga Palestina bergantung pada dorongan kolektif kita untuk segera menghentikan genosida ini.

* Ramzy Baroud adalah seorang jurnalis dan Editor Palestine Chronicle. Dia adalah penulis lima buku. Karya terbarunya adalah ‘Rantai Ini Akan Diputus: Kisah Perjuangan dan Pembangkangan Orang Palestina di Penjara Penjajah-Z’. Baroud adalah Peneliti Senior non-residen di Center for Islam and Global Affairs (CIGA) dan juga di Afro-Middle East Center (AMEC).

(Diterjemahkan oleh Khalidmu - https://englisc-trans.blogspot.com/2024/03/hanya-demi-pembantaian-perang-netanyahu.html - Sumber: www.english.palinfo.com, terbit: Selasa 27-Februari-2024)


Share: